Setelah berpikir di depan pintu selama lima menit dengan mata melotot lurus tanpa berkedip, akhirnya Seanna mengalah pada keinginannya sendiri. Bodoo amat soal menahan diri, dia bukan cewek yang pandai berkata bertolak belakang dengan isi kepala. Seanna selalu jujur dan apa adanya, melakukan tindakan A jika mau A, melakukan tindakan B jika mau B. Tangannya terulur untuk mengetuk, dua sampai tiga kali baru beralih meraih hendel, mendorongnya pelan-pelan. Kepala Seanna menyembul di cela yang dia cipta, untuk mengintip tapi dilakukan secara terang-terangan. “Om ... Om lagi apa? Oh, lagi pasang dasi, ya.” Sedetik bertanya, sedetik pula dijawab langsung oleh dirinya. Memang aneh si Seanna. Hendrian menoleh ke arah sumber suara. Tersenyum tipis melihat istri kecilnya. Hm, ternyata sudah berani