“Diaz!” Asmaya langsung bangkit, menghampiri anak sulungnya lalu memeluk erat. Kelegaan tercetak jelas di raut wajah, yang sebelum-sebelum ini selalu terlihat lelah dan cemas. “Mom kangen kamu, Nak. Kenapa pergi tiba-tiba tanpa memberitahu? Kami khawatir. Aura di mana? Kenapa dia nggak kelihatan? Jangan bilang dia nggak sama kamu?” “Ada alasan kenapa aku melakukannya. Sebelum mengatakan alasan tersebut, aku harus memastikan sesuatu. Itu sebabnya aku memilih pergi. Tenang saja, Aura aman bersamaku. Saat ini dia di tempat Asha dan Bima. Besok kujemput setelah semua pembicaraan selesai.” Kemudian Diaz menguraikan pelukan, menatap mommy-nya dengan saksama. “Maaf membuat Mom khawatir, tapi jika bisa mengulang waktu, keputusanku tetap sama. Membawa Aura ikut serta dalam pelarianku malam itu.”