“Pasti selama ini berat buatmu. Maafkan kami ya, Nak. Mom nggak pernah tau kalau sebenarnya Aura menderita akibat tekanan dari kakak. Kami kira dia bersikap keras dengan tujuan untuk melindungimu. Namun, ternyata dia sedang melampiaskan rasa sakitnya karena menganggapmu anak dari mantan selingkuhan daddy di masa lalu.” Asmaya mengusap pipi dengan punggung tangan, menangis untuk ke sekian kali, meratapi ketidak-beruntungan yang menyambangi kedua anaknya. Merasa luar biasa bersalah karena andil peran sebagai seseorang yang membuat Diaz salah paham. “Mom nggak tau harus dengan cara apa menebusnya. Hati Aura sudah terlanjur terluka.” Tatapannya terpaku pada satu titik, bibirnya bungkam sementara air mata jatuh tanpa henti. Dua hari berlalu tapi rasanya masih sama. Dadaa Aura sesak, tenggoroka