Beberapa saat setelah Arion pergi. Alana terlihat kembali membuka jendelanya. Namun, dia tidak bisa menemukan keberadaannya. Ya lebih tepatnya, Dia sudah terlambat Arion sudah lebih dulu pergi meninggalkan rumahnya. Alana yang melihat itu sontak tersenyum miris. “b**o lo! Alana, nggak mungkin dia benar-benar nungguin lo,” gumam Alana Terdengar jelas ada kekecewaan yang terselip di dalam perkataannya. Dengan perasaan yang bercampur aduk, Alana kembali menutup gorden. Lalu, dia berdiri menyandarkan punggungnya di jendela kamarnya seraya menutup rapat-rapat kedua matanya. Mencoba menghilangkan bayangan Arion dari pikirannya. Tetapi, walau sekeras apapun dia mencoba untuk melupakannya. Namun, bayangan Arion terus muncul menghantuinya seolah-olah menari-nari di dalam pikirannya. “A—ari