Arion masuk kedalam mobilnya seraya terus mengingat kejadian barusan. Dia mengusap-usap cincin pertunangan mereka. “Kamu nggak bisa melakukan ini sama aku,” gumam Arion menggelengkan kepalanya seraya memukul-mukul setir kemudi. Tatapan mata Arion semakin tajam, dan tanpa aba-aba dia menarik pedal mobilnya. Dia mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi seraya memasang wajah tanpa ekspresinya. Setelah sampai dirumah, dengan lunglai Arion segera berjalan menuju kamar rahasianya. Terlihat jelas ada kesedihan yang terpancar dari netra matanya. Sesampainya di kamar, Arion kembali menghancurkan semua barang-barangnya. “Arghh, kenapa semuanya jadi kayak gini? Kenapa?!” teriak Arion lalu kemudian mengusap wajahnya dengan kasar. “Jangan tinggalkan aku ... aku mohon.” Mata Arion tampak