Keesokan harinya, Melisa dan Leebin masih terlelap dalam tidurnya. Dua orang tersebut tidur saling menghadap satu sama lain. Melisa terlebih dahulu terjaga, wanita itu menatap Leebin yang masih tidur lelap tepat di depan wajahnya. “Dia nggak demam kan?” Melisa terhenyak kemudian buru-buru menyentuh keningnya. “Syukurlah nggak papa.” Gumamnya seraya turun dari atas tempat tidur, bergegas keluar dari dalam kamar pria tersebut untuk kembali ke dalam kamarnya sendiri. Hari masih terlalu pagi dan dia ingin melanjutkan tidurnya. “Klek! Klek! Brak! Brak! Kok dikuci sih!?” Keluh Melisa seraya terus berusaha membuka daun pintu kamar tersebut, namun tetap tidak berhasil. Dia terus berusaha membuka pintu kamar itu, sampai dia merasakan hembusan napas di belakang tengkuknya spontan membuat bulu ku