Part 3

1391 Kata
" apa??" Davina masih mencerna kata-kata laki-laki yang ada di hadapannya. Laki-laki yang menjadi dosennya tapi juga menjadi laki-laki yang dijodohkan oleh bundanya padanya. Ia tak mengira jika dosen killer itu ingin dirinya menerima perjodohan itu. Bahkan secara terang-terangan dosen killernya ini mengatakan bahwa ia akan bilang kepada kedua orang tuanya akan setuju dengan perjodohan ini. "Bagaimana menurut kamu? Kamu juga gak punya kekasih kan? Lebih baik kita penuhi saja permintaan kedua orang tua kita," tanya Rafael yang masih menatap Davina. "Dengar ya Rafael Douglas. Pertama aku gak punya rencana menikah dalam waktu dekat apalagi umur aku masih sangat muda buat nikah. Dan bukan urusan kamu kalau aku punya kekasih apa tidak karena itu adalah hal pribadi aku jadi anda tidak berhak ikut campur," jawab Davina dengan tegas. Sementara itu Rafael yang terus mendengar gadis di depannya ini berbicara semakin tertarik untuk mengenal lebih dekat dengannya. Karena gadis di depannya ini sangat berbeda dengan kebanyakan gadis yang ia kenal. Dan entah kenapa ia merasa nyaman berada di dekat gadis ini membuatnya merasa muda kembali walaupun ia sadar jika usia diantara mereka terpaut 10 tahun tapi bagi Rafael itu tak menjadi masalah. "Memang itu bukan urusan saya. Tapi bagaimana jika kita mengenal lebih dekat lagi. Sepertinya kita akan cocok untuk jadi pasangan. Apalagi kedua orang tua kita juga setuju. Gimana kalau kita coba saja?" tanya Rafael santai. Sepertinya bicara dengan laki-laki di depannya akan susah. Padahal dari tadi Davina sudah menjelaskan panjang lebar tapi tetap saja laki-laki di depannya tetap saja tidak mengerti. "Pokoknya aku gak mau menerima perjodohan ini. Aku masih mau melanjutkan kuliah dan setelah itu bisa kerja baru nanti setelah aku rasa siap aku baru memikirkan menikah dan yang pasti tidak dalam waktu dekat ini. Jadi lebih baik kamu bicara dengan mama kamu tenang perjodohan ini dan nanti aku juga akan coba bicara sama bunda soal ini. Jika tidak ada yang harus dibicarakan lagi maka aku permisi dulu," kata Davina yang sudah beranjak meninggalkan ruangan Rafael. Setelah Davina pergi dari ruangan hanya, Rafael bisa tersenyum dengan lebarnya. Sepertinya ia mulai tertarik dengan gadis yang bernama Davina Dirgantara. Dan ia akan memastikan gadis itu menerima perjodohan mereka dan gadis itu menjadi miliknya. Dengan muka yang kesal Davina berjalan ke arah kantin. Ia benar-benar tak habis pikir kenapa bundanya harus menjodohkan dirinya dengan laki-laki yang bernama Rafael Douglas. Apa segitu gak lakunya dirinya hingga sang bunda mau menjodohkan dirinya dengan laki-laki kaku dan cuek seperti Rafael. Mungkin Davina tipe cewek yang polos dan tidak terlalu bergaul dengan laki-laki. Tapi ia masih ingin merasakan apa itu jatuh cinta. Dan jika ia menikah ia mau menikah dengan laki-laki yang ia cintai. Contohnya saja dengan kak Reza. Mengingat namanya saja sudah membuat moodnya kembali membaik. Dengan senyum yang sudah kembali terbit di wajahnya Davina pun segera menemui Gea yang sudah menunggunya di kantin. "Ge, thanks udah pesenin makanan buat gue," kata Davina yang sudah melihat sepiring nasi goreng dan ice lemon tea di meja. "Iya sama-sama. Buruan di makan keburu dingin," jawab Gea yang menikmati salad untuk dirinya. "Siap bos," jawab Davina patuh. Tak menunggu lama lagi Davina pun segera memakan nasi goreng yang sudah di pesannya. Sedangkan Gea begitu menikamti makanan sehatnya. Selera makanan antara Gea dan Davina memang sangat jauh berbeda. Kalau Davina bisa makan apa saja tapi lain halnya dengan sahabatnya Gea. Sahabatnya Gea itu selalu makan makanan yang sehat jadi bisa dilihat tubuh Gea terjaga dengan baik. Dan kekasihnya Mark masih tetap setia ada di sampingnya. Dan hubungan mereka sudah terjalin hampir 2 tahun. "Di ruangan Pak Rafael kamu ngapain aja? Kayaknya kamu lama deh disana?" tanya Gea mengamati wajah Davina. Davina yang sedang menghabiskan nasi gorengnya pun berhenti makan dan menatap ke arah sahabatanya. Apa perlu ia bercerita soal perjodohanmya bersama dosen killer itu? Karena Davina tak pernah menyimpan rahasia pada sahabatnya ini. "Ge, sebenarnya aku mau cerita sama kamu sesuatu tapi aku bingung mau cerita apa enggak. Aku takut lihat ekspresi kamu ketika dengar cerita dari aku," kata Davina malu-malu. "Davina Dirgantara kita pernah berjanji kalau gak akan menyimpan rahasia apapun kan? Jadi kamu harus cerita apapun yang mau kamu ceritain sama aku," kata Gea mengingatkan. "Ok aku akan cerita tapi nanti aja ya setelah pulang kuliah. Gimana kalau malam ini aku nginep di rumah kamu jadi aku akan lebih enak ceritanya sama kamu. Gimana?" tanya Davina memberi saran. "Ok. Kebetulan mama sama papa lagi gak di rumah. Cuma tinggal aku sama Mbok Sumi aja," jawab Gea setuju. "Ok deh kalau gitu. Nanti aku akan telepon bunda kalau aku bakal nginep di rumah kamu," jawab Davina yang kembali memakan nasi gorengnya. Gea memang lebih sering tinggal sendiri di rumah dan hanya bersama asisten rumah tangganya saja. Karena kedua orang tuanya adalah seorang pebisnis yang mengharuskan mereka menghabiskan banyak waktu di luar. Sedangkan kakaknya Gea sudah menikah dan sekarang tinggal di Swiss bersama suaminya di sana. Setelah berhasil menghabiskan nasi gorengnya akhirnya Gea dan Davina kembali masuk kelas karena mereka masih punya kelas terakhir sebelum mereka pulang. "Bun, hari ini aku nginep di rumah Gea ya? Kebetulan Gea sendirian di rumah gara-gara kedua orang tuanya pergi ke luar negeri," kata Davina menjelaskan. "Ya udah gak pa-pa kalau kamu mau nginep di rumah Gea tapi kamu kan gak bawa baju?" tanya Widya lagi. "Gak apa-apa Bun nanti aku pakai baju Gea aja. Lagian aku juga sering nginep di tempat Gea jadi ada beberapa baju aku yang masih ada disana. Jadi bunda tenang aja," jawab Davina mencoba membujuk sang bunda. "Ya udah kalau gitu. Kamu hati-hati disana. Jangan buat hal yang aneh-aneh. Dan ingat jangan telat makan juga," kata Widya mengingatkan. "Ok Bun. Bunda gak usah khawatir. Kalau gitu Davina jalan dulu ya. Nanti Davina telepon bunda lagi. Bye Bun," jawab Davina. "Gimana bunda? Apa beliau mengizinkan kamu?" tanya Gea yang saat ini ada di mobil Davina. "Kamu tenang aja bunda pasti ngizinin lah. Bunda kan tahu aku nginepnya di rumah kamu," jawab Davina sambil tersenyum. "Ya udah kalau gitu. Pokoknya kalau kita sampai rumah aku minta janji kamu buat cerita soal yang tadi sempat kamu mau cerita sama aku," kata Gea mengingatkan. "Iya aku bakal cerita semuanya tapi sebelumnya kita beli pizza dulu ya. Buat makan malam kita gitu. Kan enak cerita sambil makan pizza. Benar gak?" tanya Davina memberi pendapat. "Hahhh....." Gea hanya bisa menghembuskan nafasnya ketika mendengar sahangatnya ini selalu berpikiran soal makanan saja. Tapi mau gimana lagi gadis yang sudah menjadi sahabatnya lebih dari 5 tahun ini menjadi sahabatnya. Hanya Davina satu-satunya sahabat yang bisa menerima Gea apa adanya. Davina juga yang selalu membuat hari-harinya ketika merasa kesepian. Karena kedua orang tuanya terlalu sibuk mengurus bisnis dan terkadang melupakannya. Walaupun Gea tinggal di rumah yang mewah terkadang ia iri dengan anak-anak di luar sana yang bisa banyak menghabiskan waktu bersama-sama. Sedangkan dirinya hanya selalu melakukan semuanya sendiri. Untung saja Gea memiliki kekasih seperti Mark yang terus ada disininya. Apalagi keluarga Davina juga begitu sayang dengannya dan sang bunda sudah menganggap dirinya seperti putrinya sendiri dan tentu saja Gea sangat senang. Mobil Davina memasuki halaman rumah Gea yang sangat luas dan megah. Dan rumah sebesar ini hanya ditinggali Gea dan juga beberapa pelayan saja. "Selamat sore non Davina," sapa seorang wanita paruh baya. "Mbok Sumi," kata Davina langsung memeluk Bik Sumi asisten rumah tangga disini. Mbok Sumi adalah orang yang telah merawat Gea sejak kecil jadi bisa dibilang mbok Sumi sudah seperti ibu sendiri bagi Gea. "Gimana kabarnya non Davina? Udah lama gak pernah main atau nginep disini lagi," kata Mbok Sumi. "Aku baik-baik saja kok mbok. Kemarin-kemarin aku lagi sibuk kuliah mbok jadi jarang main atau nginep disini. Tapi hari ini aku bakal nginep sendiri," kata Davina senang. "Ya udah mbok aku sama Davina ke kamar dulu. Dan tolong pindahin pizza-nya ke piring ya. Sama aku mau hot chocolate 1 mbok," pinta Gea. "Aku juga mau hot chocolate mbok," kata Davina menambahkan. "Iya nanti mbok antar ke kamar pesanan non Davina dan non Gea," jawab mbok Sumi patuh. Davina dan Gea pun segera menuju kamar Gea. Dan sesampainya di kamar Gea, Davina pun segera merebahkan badannya. "Sekarang cerita sama aku," kata Gea to the point. "Ok aku akan mulai cerita. Beberapa hari yang lalu bunda bicara sama aku bahwa beliau ingin menjodohkan aku sama anak dari sahabatnya. Dan kamu tahu gak siapa laki-laki yang bunda jodohin sama aku?" tanya Davina dengan serius. Gea pun langsung menggelengkan kepalanya karena ia tak tahu siapa yang dijodohkan kepada sahabatnya Davina ini. "Jangan kaget yang ketika tahu siapa orangnya. Laki-laki itu adalah Rafael Douglas alias dosen killer kita," jawab Davina serius. "What?" Wah dosen killer kita mulai serius sama Davina nih? Gimana ya perjalanan mereka? See you next chapter Happy reading...
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN