Part 4

1183 Kata
Mulut Gea terbuka lebar ketika mendengar sang sahabat cerita tentang perjodohan yang baru saja ia alami. Dan yang lebih parah lagi laki-laki yang menjadi jodohnya adalah dosen killernya. "Davina Dirgantara kamu gak lagi bercanda kan?" tanya Gea memastikan. "Emang kamu lihat wajah aku lagi bohong?" tanya Davina balik. "Trus kamu jawab apa? Kamu terima perjodohan ini?" tanya Gea lagi. "Ya enggaklah. Mana mungkin aku menghabiskan sisa hidup aku sama laki-laki kayak dia. Lagian aku akan menikah sama laki-laki yang aku cintai," kata Davina menambahkan. "Davina Dirgantara are you crazy?" teriak Gea tepat di hadapan Davina. "What???" jawab Davina tidak mengerti. "Kamu menolak laki-laki kayak Pak Rafael. Padahal di luar sana banyak wanita yang berharap untuk menjadi pasangan hidupnya. Sedangkan kamu malah menolaknya padahal kamu punya kesempatan untuk itu," kata Gea dengan suara yang menggebu-gebu. "Terus kenapa? Aku bukan wanita yang seperti kamu katakan barusan. Gea sayang kamu tahu sendiri kalau dari dulu aku gak suka sama dosen killer itu. Aku gak bisa membayangkan bagaimana hidup aku bila harus tinggal bersama dengan dia? Apalagi aku juga tak begitu mengenal dia begitu baik. Jadi lebih baik aku tolak saja," jawab Davina yang kembali memakan pizza-nya. Baru saja Mbok Sumi membawakan Davina dan Gea satu kotak pizza dan juga dua hot chocolate. Dan tentu saja Davina langsung memakan pizza itu bahkan ia sudah menghabiskan dua pizza sekaligus. "Kamu kan bisa coba jalanin dulu sama pak Rafael. Siapa tahu kalian cocok dan bisa melanjutkan hubungan kalian lebih serius lagi. Coba bayangkan jika kamu menarik nyonya Davina Douglas. Pasti banyak wanita yang iri sama kamu. Aku aja kalau belum punya Mark mungkin akan terima perjodohan itu. Tapi aku udah terlanjur cinta mati sama Mark jadi gak bisa deh," kata Gea santai. Davina menaruh pizza yang sudah ia makan di piring dan sekarang menghadap ke arah sang sahabat untuk mengatakan sesuatu yang serius. "Gini deh Ge, gimana rasanya menikah sama orang yang tidak kita kenal. Apalagi sejak awal kita udah gak suka sama laki-laki itu. Aku berniat untuk membatalkan perjodohan itu tapi tadi ketika dosen killer itu meminta aku buat mengantarkan tugas kita tiba-tiba ia mengatakan sesuatu yang membuat aku tak bisa berkata apa-apa," kata Davina mulai bercerita lagi. "Emang pak Rafael berkata apa sama kamu?" tanya Gea penasaran. "Hahhh...." Davina kembali menghela nafas seakan-akan ia akan mulai cerita yang berat. "Tadi dosen killer itu bilang jika dia ingin meneruskan perjodohan itu dan ingin kita mengenal lebih dalam lagi. Dosen killer itu menerima perjodohan ini karena ia tak ingin melihat mamanya bersedih dan kecewa. Apalagi dia sekarang sedang tidak menjalani hubungan dengan siapapun. Bahkan dia bertanya apakah aku punya kekasih atau tidak. Tentu saja aku sudah mencoba menjelaskan kalau aku gak mau menerima perjodohan itu," kata Davina menjelaskan. "Wah.. pak Rafael keren juga. Dia emang laki-laki sejati," puji Gea dengan mata yang berbinar. Sedangkan Davina yang melihat hal itu hanya bisa menatap sahabatnya tak percaya. Ia tak menyangka sahabatnya ini benar-benar begitu mengidolakan dosen killernya sampai bisa berpikiran seperti itu. "Ya udah Davina kenapa gak kamu coba aja. Hitung-hitung kamu membuat bunda bahagia. Apa jangan-jangan kamu masih berharap sama kak Reza?" tanya Gea penuh selidik. "Kenapa kamu bawa-bawa kak Reza segala? Ini gak ada hubungannya sama kak Reza. Aku cuma masih belum siap untuk nikah sekarang. Apalagi umur aku dan dosen killer itu beda 10 tahun. Dan aku juga masih banyak hal yang harus aku lakukan. Aku mau mengejar impian aku menjadi wanita karrier dan mungkin akan menikah setelah usia aku 30 tahun. Jadi itu masih lama banget," kata Davina serius. "Terserah kamu aja. Percuma juga aku dari tadi coba kasih pendapat sama kamu kalau kamu sendiri gak mau. Terus gimana kamu bilang sama bunda soal ini. Aku yakin bunda pasti kecewa sama kamu soal itu," tanya Gea. "Aku belum tahu gimana bicara sama bunda. Aku lihat nanti aja lah. Aku lagi gak mau mikirin soal itu dulu," kata Davina pasrah. "Ok. Kalau kamu butuh bantuan kamu tahu kemana kan?" tanya Gea menampilkan wajah cantiknya. "Thanks my best friends," kata Davina langsung memeluk Gea sahabatnya itu. Dan sisa malam dihabiskan dengan banyak mengobrol satu sama lain dan menonton film hingga akhirnya mereka tertidur. Sementara itu Rafael baru saja sampai di apartemennya. Setelah seharian ia sibuk dengan pekerjaan yang sangat banyak, ia memutuskan malam ini akan tinggal di apartemen yang dekat dengan kantornya. "Ma Rafa gak pulang rumah. Rafa sekarang tidur di apartemen soalnya Rafa terlalu lelah untuk pulang ke rumah apalagi besok aku ada kelas buat ngajar jadi lebih praktis berangkat dari sini," kata Rafa pada sang mama. "Ok kalau gitu. Oya Raf gimana menurut kamu tentang Davina? Apa kamu mau menerima perjodohan yang mama dan Tante Widya rencanakan?" tanya Tiara pada sang putra. Rafael pun bangkit dari ranjangnya dan memilih berdiri di depan kaca apartemennya. "Rafa pikir Davina gadis yang baik dan cantik. Tapi Rafa tidak tahu secara detail soal Davina. Yang Rafa tahu Davina adalah salah satu mahasiswi Rafa yang paling pintar dan kritis. Selain itu Davina juga berbeda dengan gadis di luar sana. Mama pasti tahu jika banyak mahasiswi ataupun gadis di luar sana suka sekali menarik perhatian dari Rafa. Sedangkan Davina malah tak suka dekat-dekat dengan Rafa. Dan entah kenapa Rafa menjadi tertarik dengan sikap yang Davina tunjukkan untuk Rafa. Dan jika mama tanya apa Rafa menerima perjodohan itu ataupun tidak maka jawaban Rafa adalah akan menerima perjodohan ini. Tapi Rafa gak tahu gimana Davina. Tadi Daviba sempat berkata kepada Rafa kalau dia tak ingik menikah dalam waktu dekat dan akan menolak perjodohan itu. Kalau menurut mama gimana?" tanya Rafael balik. Di ujung telepon Tiara tampak tersenyum karena sepertinya sang putra mulai tertarik dengan putri dari sahabatnya. "Pertama kali mama bertemu dengan Davina mama langsung suka banget sama dia menurut mama Davina akan menjadi isteri yang tepat buat kamu. Karena sikap Davina sangat berbeda dari mantan-mantan pacar kamu sebelumnya," kata Tiara mengatakan dengan jujur. Rafael berpikir sejenak apa yang dikatakan sang mama ada benarnya juga. Rafael tak munafik jika ia suka berganti-ganti kekasih atau bahkan hanya sebatas teman tidur saja. Karena memanh selalu melihat siapa dirinya bukan tentang personalitynya. Siapa yang tidak mau menjadi pendamping hidup seorang Rafael Douglas. Sebagai putra tertua ia akan menjadi orang yang akan mengambip perusahaan sang daddy. Selain itu wajah khas laki-laki eropa begitu tercentak indah di wajah Rafael karena ia mendapatkan itu dari sang daddy yang memang daei Inggris. Jadi bisa dipastikan bagaimana tampannya wajah Rafael. Jadi jika menjadi pendamping dari seorang laki-laki seperti Rafael pasti akan sangat beruntung. "Trus apa yang harus Rafa lakukan?" tanya Rafael pada sang mama. "Kalau begitu kejar cinta Davina dan jadikan dia milik kamu. Jika perlu mama akan membantu kamu. Kamu tenang aja mama akan minta tolong tante Widya untuk mendekatkan kalian berdua," kata Tiara penuh semangat. "Ok ma. Aku ikut kata mama aja. Kalau gitu Rafa tutup teleponnya dulu ya ma. Rafa mau mandi dan langsung tidur," kata Rafael. "Ok sayang. Sekarang kamu langsung mandi dan tidur. Kamu pasti capek seharian ngurus perusahaan. Take care sayang," kata Tiara menutup teleponnya. "Thanks ma," jawab Rafael sebelum sang mama menutup teleponnya. Rafael masih berdiri di depan jendela apartemennya yang memiliki pandangan malam kota. Ia kembali mencerna apa yanh sang mama katakan padanya. Sepertinya ia akan menaklukkan seorang Davina Dirgantara. Dan ia pastikan Davina akan menjadi miliknya. "See you soon Davina Dirgantara." Wah Rafael mulai mengambil sikap nih? Kira-kira gimana tanggapan Davina? See you next chapter.... Happy reading...
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN