Selepas suaminya pergi bekerja, Ara menangis seorang diri sembari berjongkok di bawah meja kompor. Ara sudah tidak kuat lagi menahan rasa sesak di dadanya. Dia tidak terang-terangan menuduh Farel selingkuh, tapi Farel berkata seolah pria itu benar-benar selingkuh. Apa yang Ara takutkan selama ini nyata terjadi. Ara tidak kuasa, bila terus-terusn menahannya sendiri. Namun mau bercerita ke siapa, Ara juga tidak tahu. Ara terbiasa sendiri, Ara terbiasa melakukan dan memecahkan masalahnya sendiri.
“Punten … permisi … orang ganteng datang!” sebuah teriakan nyaring membuat Ara segera berdiri. Ara sampai tidak bisa menyangga tubuhnya sendiri saking lemasnya dia dengan fakta yang baru saja dia ketahui.
Ara berpegangan pada meja kompor, perempuan itu dengan secepat kilat menghapus air matanya. Dari suaranya, itu terdengar suara duo karbon alias adik iparnya.
“Kak Farel, Kak Ara … woyyy sudahin b******a kalian, mari main bersama kita,” teriak Suara Alka lagi. Alka memang berbeda dari Farel, Alka adalah cowok tengil yang selalu membuat rusuh suasana. Kesukaan Alka gelud, bahkan Alka tidak jarang mengajak kakaknya adu kekuatan. Namun meski bawaannya songong dan menyebalkan, Alka adalah cowok yang baik. Alkana calon dokter anak, pria itu saat ini tengah kuliah di kedokteran semester awal. Sedangkan adik kembarnya Alkane alias Ane, sedang mengambil kuliah desainer.
Ara membukakan pintu untuk kedua adik iparnya, belum sempat Ara menyuruhnya masuk, duo karbon itu sudah nyelonong begitu saja. Ara menyebutnya duo karbon karena dulu saat memilihkan nama untuk Alka dan Ane, Farel lah yang memilihkan yang ada unsur kimianya. Jadinya Farel menamai adiknya Alkana dan Alkane yang merupakan bagian dari karbon. Saat kecil Farel sangat imut, tidak tau kalau anak kecil yang dulunya imut saat dewasa adalah laki-laki brengsekk.
“Kak Ara, Kak Farelnya mana? Aku bawain dia mie samyang biar dia mencret-mencret,” ucap Ane mengeluarkan banyak makanan instan dari kantong plastik yang dia bawa.
“Alka, Ane, kalian kenapa beli makanan instan banyak banget? Kalau kakak kalian tau pasti langsung dibakar semuanya,” ucap Ara memasukkan kembali makanan instan ke kantung.
“Yah kak … kita lagi kesel sama Kak Farel, Kak Farel kemarin kami telpon gak diangkat. Aku mau ajakin dia lomba makan mie pedas,” ucap Alka menggebu-gebu.
“Memang kalian telpon Kakak kalian?” tanya Ara.
“Iya, kak. Tapi tulisannya tetap berada di panggilan lain. Memangnya kalian LDR sampai telponan lama banget?” dumel Alka. Ara mendudukkan dirinya di sofa. Jelas saja kalau Farel tengah berada di panggilan lain, kemarin Farel sibuk menelfon Aleta.
“Kalian telfonnya jam sepuluhan?” tanya Ara memastikan.
“Enggak, Kak. kami telfon jam satu malam,” jawab Alka.
“Biasanya kak Farel langsung nyahut, Kak. Tapi semalam tetap berada di panggilan lain. Memangnya kalian lagi jauhan?” tanya Ane.
Ara tercenung, pukul satu malam? Fakta apa lagi ini yang baru Ara terima. Ara semalam tau kalau Farel tengah melakukan panggilan video dengan Aleta pulul sepuluh malam. Namun ternyata Farel main tikus-tikusan dengannya. Semalam sebelum tidur, Farel bersikap sok baik, ternyata itu hanya topeng. Saat dirinya tertidur, Farel melakukan panggilan suara lagi dengan Aleta.
“Kak, kok diam,” tegur Ane.
“Ane, kalian mau gak ajak jalan-jalan kakak?” tanya Ara yang membuat Alka dan Ane membeo. Ane bahkan mengorek telinganya dengan cepat lantaran tidak percaya dengan apa yang dia dengar. Selama ini Kak Ara sama sekali tidak mau kalau diajak keluar. Kak Ara selalu memilih menyibukkan diri dengan dapurnya.
“Bagaimana?” tanya Ara lagi.
“Kak Ara yakin? Kak Ara gak takut keluar?” tanya Alka.
“Kalian mau menjaga kakak?” tanya Ara.
“Mau, Kak, kami mau menjaga kakak. Ayo kakak ganti baju dulu, nanti kita jalan-jalan. Habiskan saja uang kak Farel sepuas kakak,” ucap Ane dengan semangat. Kalau soal menghabiskan uang, Ana dan Alka lah jagonya. Mereka belum mengerti tanggung jawab, asal ada uang semuanya bisa ludes. Ara tersenyum mengangguk, perempuan itu dengan cepat berganti baju.
Baju Ara sangat banyak, tapi yang dia pakai di rumah hanya baby doll, kalau tidak begitu hanya daster. Kali ini pilihan Ara jatuh pada celana jeans dan kaos casual yang dia masukkan di celana. Ara tidak membalutnya lagi dengan apa-apa, membuat lengan Ara yang putih mulus terlihat jelas. Ara juga menata rambutnya dengan gaya berponi dan tergerai lurus.
Ara segera menyambar tasnya setelah memakai sepatu casual. Ane manatap takjup ke arah kakak iparnya. kakaknya tidak salah mempersunting istri. Kak Ara sangat cantik dan wajahnya terlihat belia dari umurnya yang sebenarnya.
“Woaahhh Kak Ara … kak Ara cantik banget,” puji Alka dan Ane bersamaan. Ane bahkan memutar-mutar tubuh kakak iparnya untuk mengagumi kecantikan kakaknya.
“Kak, resep cantik apaan sih, Kak? Sungguh Kak Farel menyembunyikan berlian di dalam rumah,” ucap Ane.
“Ane, kecantikan itu nomor sekian, yang diperlukan adalah kebahagiaan,” jawab Ara seraya tersenyum. Ara berjalan terlebih dahulu yang diikuti kedua adik iparnya. Saat keluar, ternyata sudah ada Mas Brama yang tengah merokok di samping mobil.
“Mas Brama,” panggil Ane dengan kencang seolah ingin menubruk Mas Brama dengan pelukan. Buru-buru Brama segera masuk mobil untuk menghindar dari Ane yang sangat agresif. Melihat penolakan Brama membuat Ane cemberut, selalu saja Mas Brama menghindarinya.
Di sisi lain, Farel tengah memakai sarung tangannya dan segera menuju ke bak sampah bagian selatan. Beberapa staf keamanan dan kebersihan menatap Farel dengan aneh. Farel tampak serius mengorek sampah-sampah yang sudah dijadikan satu.
“Pak Farel, Pak Farel mencari apa? Apa Pak Farel butuh bantuan?” tanya staf kebersihan.
“Maafin kami yang ceroboh, Pak,” ucapnya lagi.
“Tidak, Pak. Saya yang lupa memasukkan kotak makan saya ke sini. Itu kotak makan istri saya, bisa marah kalau istri saya tau saya membuangnya,” ucap Farel yang mulai panik. Melihat istrinya sedih tadi pagi sudah membuatnya kalang kabut. Tadi setelah pertengkarannya dengan sang istri, Farel memilih segera pergi dari rumahnya. Melihat kesedihan di mata sang istri membuat Farel tidak kuasa menahan sesak di hatinya.
Kalau ada nominasi orang paling tidak mempunyai pendirian di dunia ini, mungkin Farel bisa ikutan. Farel tidak cukup dengan kasih sayang yang diberikan istrinya, tapi Farel tidak kuasa melihat istrinya sedih.
“Dokter Farel, Dokter sedang cari apa?” tanya Aleta yang tiba-tiba datang dari arah belakang.
“Cari kotak makan,” jawab Farel.
“Bisa beli lagi, Dok. Istri Dokter pelit banget sih sampai kotak makan yang sudah masuk tempat sampah harus dicari lagi,” ucap Aleta. Farel menghentikan pergerakannya, pria itu membalikkan tubuhnya dan menatap Aleta dengan tajam.
“Istriku tidak menyuruhku mencari kotak makan ini, tapi aku sendiri yang ingin mencarinya. Karena kotak makan itu sangat berarti untukku dan untuk Ara,” desis Farel dengan tajam.
“Hanya kotak makan saja Dokter sulit melepaskan, apa lagi soal Ara? Kalau begini terus, Dokter tidak akan bisa melepaskan Ara,” pekik Aleta dengan kesal. Aleta tidak malu bila di sana banyak staf Farel, karena hati Aleta sudah dibutakan oleh napsu sesaat. Aleta bahkan sangat bangga bila mana dia disebut simpanan Farel, karena dia pun bisa berkuasa di rumah sakit ini.
“Aleta, diamlah dulu. Kamu masuk saja nanti aku akan menemuimu di ruangan kamu,” ucap Farel yang mulai merendahkan nada suaranya. Aleta tersenyum, perempuan itu mengelus pundak Farel sebelum benar-benar pergi untuk masuk ke rumah sakit terlebih dahulu.
Sebenarnya Aleta semalam masih kesal, semalam Farel memarahinya karena dia dituduh berbicara jelek pada Ara tentang ucapan Farel yang kemarin siang. Namun karena Aleta lebih jago merayu, Farel pun luluh juga. Aleta punya kartu As untuk meluluhkan Farel, yaitu dengan berbicara lembut. Hati Farel sangat lembut dan mudah tersentuh, Farel tidak akan betah marah lama-lama, setidaknya itu menurut Aleta.