Sela sudah merasa jauh lebih baik. Sakit tipus yang menguras tenaganya kini tinggal kenangan. Di apartemennya yang sederhana namun nyaman, ia berusaha memulihkan diri sepenuhnya, bertekad untuk segera kembali menjalani hidup seperti semula. Namun, satu hal yang selalu mengganggu pikirannya: keinginan untuk bertemu Martin.
"Aku ingin sekali melihat Martin. Namun aku masih belum pulih," gumamnya sambil menatap jendela yang memantulkan sinar matahari. Ia merindukan tawa dan kehangatan Martin, tetapi ia tahu bahwa tubuhnya perlu waktu untuk sepenuhnya pulih.
Suara bel yang berbunyi membuat Sela terpaksa bangun dan menghampiri pintu, meski langkahnya masih terasa sedikit lemah. Sebelum membukanya, ia mengintip melalui lubang kecil di pintu dan melihat sosok yang dikenalnya. Ternyata itu ibu
