Sela melangkah perlahan menuju bibir pantai, pasir lembut di bawah kakinya terasa seperti belaian lembut bumi, sementara angin laut yang berembus menggulung rambutnya, menciptakan tarian liar yang selaras dengan detak jantungnya yang tak menentu. Setiap langkah membawa kelegaan kecil, seolah laut yang terbentang luas di hadapannya adalah satu-satunya yang bisa memahami derita yang tersembunyi di balik raut wajahnya yang tenang. Saat air laut yang dingin menyentuh kakinya, sensasi itu memberikan sejenak pelipur lara. Ia memejamkan mata, membiarkan suara ombak yang bergulung-gulung mengisi kekosongan hatinya. Angin pantai merayap lembut di sepanjang kulitnya, bagaikan lengan yang tak terlihat, menyelimuti tubuhnya yang lemah dan patah. Namun, meskipun alam berusaha menenangkan, luka di dala