Di dalam mobil yang sunyi, hanya suara halus mesin yang terdengar, sesekali diselingi deru napas keduanya. Shaka tak henti-hentinya mencuri pandang ke arah Serena. Gadis itu duduk di sebelahnya, terdiam dengan tatapan menerawang, namun bagi Shaka, hanya dengan berada di dekatnya, dunia seakan membeku dalam kebahagiaan yang sunyi. Setiap helai rambut yang tertiup angin, setiap kilau mata yang menari di bawah redup cahaya kota, menjadi simfoni indah yang tak henti mempesona Shaka. "Apakah kekasihmu enggak akan marah?" suara Shaka meluncur lembut, penuh godaan samar. Serena menoleh sejenak, bibirnya menipis dalam senyum tak pasti. "Aku enggak tahu," jawabnya, suaranya seolah mengandung keraguan yang tersembunyi di balik kesan acuh. Shaka menyeringai, mencoba mencairkan suasana. "Salah dia