Malam mulai beranjak, dan langit di atas mereka semakin kelam, hanya diterangi oleh cahaya lampu-lampu di lokasi syuting yang mulai redup satu per satu. Serena berjalan dengan langkah ringan, namun ada sesuatu dalam tatapannya yang tampak tak tenang. Dan di sana, Shaka, dengan senyum yang penuh keyakinan, mendekatinya, seperti biasanya—penuh pesona yang tak terbantahkan. "Mau pulang bersama?" tanya Shaka, nada suaranya terdengar santai, tetapi mata kelamnya menyimpan sesuatu yang lebih dalam dari sekadar tawaran biasa. Serena mendesah, senyumnya tipis namun matanya menghindari tatapan Shaka. "Aku mau pulang sama sopir saja, lah," jawabnya tanpa keraguan. Shaka mengangkat alis, sedikit terkejut dengan responsnya. "Biasanya juga kamu akan pulang bersamaku, kan?" godanya, suaranya penuh de