Shaka terdiam sejenak, mencerna setiap kata yang meluncur dari bibir Serena. Di dalam hatinya, badai perasaan berkecamuk tanpa kendali, seolah-olah dunia yang selama ini ia anggap stabil perlahan-lahan ambruk. Matanya tak bisa lepas dari sosok Serena yang duduk di sampingnya—wajahnya yang lembut, sorot matanya yang tenang, namun penuh kepastian tentang keputusan yang telah diambilnya. "Menikah?" gumam Shaka pelan, seakan kata itu terlalu berat untuk dikeluarkan, membentur dadanya seperti beban yang tak tertanggungkan. Angin sore berembus lembut, mengusik helai-helai rambut Serena yang terurai, menciptakan bayangan rapuh di bawah sinar matahari yang mulai memudar. Shaka menatapnya, merasa bahwa dengan setiap detik yang berlalu, jarak di antara mereka semakin lebar, semakin tak terjangkau.