Raka menatap Serena yang meracau dengan mata sendu, bibirnya mengulas senyum samar yang nyaris tak terbaca. Dalam pelukannya, tubuh Serena terasa hangat, meski kata-kata yang terlontar dari bibirnya terasa seperti duri tajam yang menusuk perlahan. "Aku benci kamu, Raka!" teriak Serena lagi, namun Raka hanya menarik napas panjang, menahan diri untuk tidak terseret lebih jauh dalam badai emosi yang sedang menguasai gadis itu. Serena terus menepuk pipinya dengan gemas, gerakannya tak tentu arah, menggelitik kesabaran Raka. "Bilang sama Raka, kalau aku benci sama dia!" lanjutnya dengan nada manja yang berlawanan dengan ucapannya. Gadis itu—dalam keadaan seperti ini—terlihat begitu menggemaskan, bahkan dalam kekacauan pikirannya yang terbius alkohol. Raka menggendongnya perlahan, langkah kaki