Saat mobil berhenti di depan vila megah yang terletak di tengah hutan yang sunyi, Sela merasa ada sesuatu yang berubah dalam udara di sekitarnya. Angin yang berembus lembut terasa begitu hening, seakan-akan alam pun enggan bersuara. Mata Sela membulat, takjub dan cemas menyatu dalam dadanya ketika ia melihat bangunan besar itu—kokoh, angkuh, namun sepi. Sangat sepi, seolah dunia luar berhenti tepat di depan pintu masuknya. Setelah turun dari mobil, mereka masuk ke dalam vila yang terasa lebih seperti kastil yang tertutup rapat, seolah-olah waktu di dalamnya berjalan lebih lambat daripada di luar. Dinding-dindingnya tinggi, dengan langit-langit yang seakan menyentuh awan. Mereka melangkah ke balkon, tempat pemandangan taman hijau yang luas terbentang di bawah mereka, melingkari vila denga