Shaka menggenggam erat tubuh kecil putranya, seolah menyalurkan seluruh kekuatannya yang tersisa melalui pelukan itu. Matanya yang basah menatap lurus pada wajah Meta yang begitu pucat, seakan waktu di ruangan itu membeku bersama nafasnya yang hampir tak terdengar. Putranya, yang belum sepenuhnya memahami kesedihan, menangis pelan dalam pelukan Shaka, tangisan yang menyayat hati. Seolah bocah kecil itu tahu bahwa sang ibu sedang terombang-ambing di antara dunia yang fana dan yang abadi. "Shh... sayang, tenanglah," bisik Shaka, suaranya bergetar, tenggelam dalam lautan emosinya sendiri. Dia mengusap lembut punggung anaknya, berusaha menenangkan, meskipun hatinya sendiri seakan dirobek perlahan-lahan. "Doakan mamah, ya... biar dia bisa bangun lagi. Biar dia bisa tersenyum, biar dia bisa pel