Sela berdiri di tengah warung yang sepi, menyapu lantai dengan gerakan yang tak bersemangat, sementara air matanya jatuh, satu per satu, membasahi lantai yang sudah bersih. Tangisnya pelan, hampir tanpa suara, namun terasa begitu berat di hatinya. Ardan telah tiada, namun di dalam dirinya, sebuah ruang kosong mulai terbentuk, dihiasi oleh kenangan kelam dan perasaan kehilangan yang tak terduga. Dengan sapuan tangan yang gemetar, Sela membersihkan meja yang biasa ditempati Ardan, seolah menghapus sisa-sisa kehadirannya yang masih membayangi setiap sudut ruangan. "Aku minta maaf, Ardan... tapi ini jalan yang terbaik," bisiknya dengan suara yang hampir tak terdengar. Kata-kata itu terasa dingin di bibirnya, seolah memantul kembali ke hatinya yang penuh luka. "Kamu yang membuatku begini..." l