Sela menguap lelah, tubuhnya terasa remuk setelah semalaman diperlakukan dengan brutal oleh Ardan. Setiap inci tubuhnya seolah menjerit dalam kelelahan, tapi bukan hanya fisiknya yang tersiksa—jiwanya pun terasa hancur berkeping-keping. Matanya menatap kosong ke arah jendela, di mana matahari pagi menyinari dunia luar, namun tak mampu mengusir kegelapan yang menyelimuti hatinya. "Laki-laki itu harus dihancurkan," desis Sela, napasnya tersengal penuh amarah dan dendam yang mendidih. Pikirannya sudah mantap—dia tak bisa terus hidup dalam bayang-bayang Ardan. Ia harus mengambil tindakan. "Aku akan membunuhnya," bisiknya pada dirinya sendiri, dengan tekad yang mengalir deras dalam nadinya. Siang itu, ia bertemu dengan seorang teman laki-laki di gudang sekolah. Gudang tua dan berdebu itu menj