Bertemu Gadis SMA

1909 Kata

Regan berdiri di luar pintu kamar, menyandarkan punggungnya ke dinding putih rumah sakit. Napasnya perlahan bergetar, dan ia merasakan kehampaan yang seakan menelannya. Udara di koridor terasa begitu berat, menekan dadanya dengan segala beban yang tak terlihat. Pikirannya berputar-putar, mengulang momen yang baru saja ia saksikan—Martin yang tersenyum pada Sela, tatapan penuh cinta, kata-kata syukur yang sederhana namun bermakna dalam. Untuk sesaat, ia menutup matanya, mencoba meredakan perasaan yang terus berkecamuk di dalam dadanya. Betapa ironisnya, pikirnya. Dalam setiap doa yang ia bisikkan diam-diam, selalu ada secuil harapan bahwa Martin tidak akan kembali. Namun, kini Martin sadar, dan dengan kebangkitannya, semua impian yang pernah Regan simpan rapat-rapat terhempas begitu saja.

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN