Ujian akhir tahun berlangsung dalam ketegangan yang merambat pelan, namun mengental seiring detik yang berdetak. Di ruang kelas yang dipenuhi hawa kecemasan, Sela duduk, menundukkan kepalanya di atas lembar soal yang baginya seakan ditulis dalam bahasa asing. Setiap kata, setiap angka, berputar-putar dalam pikirannya seperti kabut tebal yang enggan memudar. Tubuhnya letih, terasa berat, seolah tertimpa beban yang tak kasat mata. Martin, dengan rayuannya yang selalu memikat, telah menghabiskan malamnya—bukan dengan buku-buku pelajaran, melainkan dengan desahan yang terselip di antara pelukan. Sela tahu seharusnya ia belajar, namun pesona Martin terlalu kuat untuk ditolak. Kini, ia membayar harga mahal atas pilihannya semalam, matanya berat oleh kantuk, pikirannya terperangkap dalam kebingu