Meta Tidak Mau Bertemu Shaka.

1505 Kata

Semuanya terjadi begitu cepat, seperti badai yang datang tanpa peringatan. Meta, dengan hati yang hancur, merasakan bekas sentuhan yang tak diinginkan masih melekat di tubuhnya. Pikirannya bagaikan reruntuhan gedung yang dihantam gempa, tidak bisa berdiri tegak lagi. Di sudut kamar butik yang sepi itu, air matanya mengalir tanpa henti, seolah setiap tetes adalah serpihan kehormatan yang hilang dari dirinya. Sambil menggigil, Meta membersihkan tubuhnya, berusaha menghapus jejak yang telah mengotori dirinya, namun rasa kotor itu tak bisa hilang begitu saja. Setelah merapikan diri dengan tangan yang gemetar, Meta mengambil pena, menuliskan kata-kata yang tak terucapkan dalam surat singkat yang ia tinggalkan di meja. Setiap kata terasa berat, seolah memikul beban seluruh dunia di pundaknya. D

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN