Meta masih bisa merasakan detak jantungnya yang berdebar hebat, seolah ada ribuan kupu-kupu beterbangan di dalam perutnya, ketika Abimanyu meminta pendapatnya. Kata-kata yang terlontar dari mulutnya tadi terasa begitu ringan, namun menggetarkan batinnya. Tak pernah terpikirkan olehnya bahwa ia akan mengungkapkan hal itu pada Sahaka. Pria yang terkenal dingin dan angkuh itu, kini justru terperangkap dalam ketidakpastian setelah mendengar pengakuannya. Sementara itu, Shaka, pria yang selalu percaya diri dengan penampilannya, merasa canggung mendengar pujian dari Meta. "Apa-apaan gadis itu?" gumamnya, dengan senyum kecil terpaksa. "Bagaimana bisa dia mengatakan hal itu dengan begitu mudah?" Pikirannya melayang jauh, terombang-ambing di antara kejutan dan kebingungan. Langkah kakinya terasa