Serena Memilih Menghindar.

1495 Kata

Jam tiga subuh, udara dingin semakin menusuk tulang, dan langkah Serena begitu berat, seolah kaki-kakinya tak mampu lagi menopang tubuh mungilnya yang kelelahan. Mata sayunya nyaris tertutup sepenuhnya, serupa gadis yang berjalan dalam tidur, tubuhnya miring ke sana kemari seolah mabuk oleh rasa kantuk yang luar biasa. "Ayolah, Nona, jalan yang bener," Tery berbisik cemas, mendekap erat jaketnya, mengikuti langkah terseok Serena yang makin tak karuan. Namun Serena tampaknya sudah tenggelam terlalu dalam dalam kantuknya, bahkan tak mampu merespons teguran kecil dari asistennya. Serena mengerang lelah, “Mana pintu mobilnya?” Ia meraba-raba udara, seolah-olah pintu mobil adalah sebuah oasis yang ia rindukan di tengah padang pasir kantuknya. Namun sebelum tangannya sempat menemukan pegangan

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN