Iwan memandang kedua orang di depannya dengan tatapan tajam, matanya yang dingin seolah menusuk ke dalam jiwa mereka. Cahaya redup dari lampu gantung di atas kepala mereka melemparkan bayangan panjang di sudut-sudut ruangan, menambah atmosfer tegang yang sudah ada. Serena menggenggam jemarinya erat-erat di pangkuannya, berusaha menyembunyikan kegelisahan yang merambati tubuhnya seperti desau angin musim dingin. Tomi, di sisinya, berdiri tegak, mencoba melindungi Serena dari apa pun yang mungkin akan keluar dari mulut Iwan. “Apa maksud kalian?” suara Iwan keluar dengan nada rendah, namun penuh dengan ancaman terselubung. Serena menelan ludah, namun Tomi lebih cepat merespons. “Kami berdua sama-sama keberatan dengan adegan itu, Pak,” ujar Tomi, suaranya tenang, namun ada ketegangan yang je

