"Di minum dulu obatnya," Shaka berbisik lembut, nada suaranya berusaha menenangkan, seperti angin yang membawa kehangatan pada pagi yang dingin. Hampir sebulan penuh ia menemani Serena di rumah sakit, menggantikan kedua orang tua Serena yang kelelahan. Tanpa mengeluh, ia setia hadir, membawa pakaian bersih dan makanan favorit Serena, berharap setidaknya itu bisa mengusir sedikit kepedihan dari wajah gadis yang mulai pudar sinarnya. Serena mengangguk pelan, mengambil obat yang disodorkan Shaka, matanya yang dulu penuh binar kehidupan kini tampak redup, seperti senja yang memudar tanpa janji akan fajar. "Terima kasih," ucapnya lirih, menyerahkan gelas kosong kembali ke tangan Shaka, jemarinya sedikit bergetar, seakan beban di pundaknya terlalu berat untuk ditopang sendiri. Shaka hanya ters