Regan duduk di sudut club, jauh dari hingar-bingar tawa dan dentuman musik yang mengguncang ruangan. Cahaya temaram berpendar di wajahnya yang tampan, menyorot kilatan di matanya yang terlihat jauh lebih gelap malam itu. Bayangan Sela menghantuinya, seperti kabut tebal yang mengaburkan pikirannya. Ia tahu, Martin tak pantas disakiti, sahabat setia yang selalu ada di sampingnya. Namun, perasaannya pada Sela tak bisa ia abaikan begitu saja—gadis itu telah mencuri hatinya dengan begitu dalam, hingga ia terjebak dalam dilema yang menyakitkan. Malam kian larut, namun Regan tak juga bergerak. Suara musik mengalir deras, menggetarkan lantai kayu di bawah sepatunya, tetapi tak ada yang mampu meredam kegelisahan di hatinya. Gadis-gadis muda berputar di sekelilingnya, seperti kupu-kupu malam yang t

