Leta menelan rasa pahit yang menyesakkan di tenggorokannya. Mata cokelatnya menyala dengan dendam yang membara, bibirnya melengkung dalam senyum getir. Martin, dengan segala kesombongannya, telah mempermalukannya di depan semua orang, menjadikannya bahan tertawaan, hanya karena dia bukan siapa-siapa—hanya anak gadis dari keluarga sederhana yang tidak punya kuasa untuk melawan. Anak konglomerat itu, dengan ketampanan dan hartanya, telah memperlakukannya seperti debu yang bisa diusir kapan saja. Tapi Sela? Gadis murahan itu? Oh, Leta tahu dia bisa menghancurkannya. Dari sudut kantin yang dipenuhi cahaya kuning temaram, Leta memandang mereka dengan kebencian yang begitu pekat, seolah dapat menyelimuti dunia. Martin tertawa kecil di samping Sela, menganggukkan kepala seperti pangeran yang me