"Jadi kamu adalah kekasihnya Pak Regan?" Suara itu muncul tiba-tiba, lembut namun penuh dengan kepalsuan yang tertutupi senyum dingin. Sekretaris Regan berdiri anggun di hadapan Luna, tubuhnya bersandar sedikit ke pintu, seolah-olah ruang itu adalah miliknya. Matanya, tajam dan menusuk, mengamati Luna dari ujung rambut hingga ujung kaki, menilai setiap detail. Luna duduk di sofa besar di ruangan Regan, jantungnya berdetak pelan tapi pasti. Ruangan itu hening, hanya terdengar dengungan samar dari AC yang mengalirkan udara dingin. Regan sedang dalam rapat dengan klien, sementara sekretarisnya kembali untuk mengambil berkas yang, mungkin, "lupa" ia tinggalkan. Atau barangkali, itu hanya dalih, kesempatan untuk melihat Luna dari dekat. Senyuman tipis menghiasi bibir Luna. Anggukan kecil men

