Martin, dengan tatapan tajam dan penuh amarah, memerhatikan dari kejauhan saat Sela berbicara dengan Regan. Mata Martin berkilat dingin, penuh dengan kemarahan yang tidak bisa disembunyikan. Langkahnya tegas dan penuh determinasi saat dia mendekati mereka, niatnya jelas bahwa dia tidak akan mentolerir kedekatan itu. Tanpa ragu, Martin meraih tangan Sela dengan cengkeraman yang kuat dan menegaskan. "Kamu jangan pernah berbicara dengan Sela," katanya dengan nada ancaman, suaranya sekeras batu yang jatuh ke tanah. “Dia satu-satunya milikku.” Kata-kata Martin penuh dengan kepemilikan dan d******i, seolah-olah dia mengklaim Sela sebagai bagian dari dirinya yang tak bisa disentuh oleh orang lain. Suaranya menggema di ruang kantin, membuat suasana menjadi tegang dan penuh intimidasi. Regan, y