“Kamu di sini?”
Serena tersentak, seolah malam yang sunyi mendadak meresapi udara di sekitarnya, menggema di antara lampu-lampu temaram lokasi syuting yang mulai sepi. Ia berdiri mematung, sementara embusan angin lembut malam menggoyangkan ujung-ujung gaun yang dikenakannya, membelai lembut pipinya yang lelah. Pukul satu dini hari, dan tubuhnya begitu merindukan tidur, tetapi kini, di hadapannya, berdiri Raka. Pria yang selalu menghadirkan perasaan campur aduk dalam dadanya.
Namun, ada yang berbeda malam ini. Wajah Raka, biasanya tenang dan penuh senyum tipis yang menenangkan, kini tampak muram, tegang, seperti badai yang siap melanda. Mata gelapnya yang dalam menatap Serena dengan intensitas yang membuat napasnya tercekat di tenggorokan.
"Ada apa?" Serena bertanya, suaranya lebih berge
