Keesokkan paginya, Calista terbangun dan merasakan aneh di tubuhnya.
"S-sean." Calista melotot ketika membuka matanya dia melihat Sean yang sudah menikmati benda kenyalnya.
"Aku sangat gemas dengannya." Gumam Sean menjeda sebentar aktifitasnya lalu kembali menikmati benda kenyal yang sudah menjdi favoritnya.
"Sejak kapan kau seperti ini." Ucap Calista, tubuhnya semakin merinding ketika tangan Sean mengelus pahanya.
Tidak ada jawaban dari Sean, dia bahkan masih dengan aktifitasnya yang emncumbui tubuh Calista.
Calista menghentikan tangan Sean yang ingin melepaskan kain segitiganya.
"Aku tidak akn memasukimu dengan pusaka-ku, aku hanya ingin membuat dia mengeluarkan kenikmatan, aku tau jika kau sudah sangat basah." Ucap Sean yang membuat Calista malu sendiri.
"Kata-katamu terlalu frontal. Sialan!" Ucap Calista yang masih sempatnya mengumpati Sean.
Sean merasa sangat gemas karena Calista yang malu-malu seperti ini, dia meraih bibirnya dan memainkannya sedangkan tangannya masih berusaha untuk membuka kain penutup yang ada dibawahnya.
Calista mencengkram erat punggung Sean ketika jari Sean berusaha memasuki inti miliknya.
"Ini akan enak. Cal." Bisik Sean yang semakin mempermainkan jarinya dibawah sana.
"S-sean, a-apa yang kau lakukan." Caliata menahan suaranya, apa yang dilakukan Sean membuat dia menggigit bibir bawahnya karena ingin mengelurkan suara laknatnya.
"Jangan menggigit bibir-mu, Cal. Aku ingin mendengar suaramu." Ucap Sean yang mengerti jika sebenarnya Calista ingin mendesah karena perlakuannya.
"Aaah—
Suara itu akhirnya lolos dari binir Calista yang membuat Sean terangsang dan b*******h, dia semakin mempermainkan jarinya dengan mulutmya yang penuh dengan benda kenyal Calista.
"Sean— ini... aku sepertinya—
"Keluarkan saja," ucap Calista yang mengerti jika Calista ingin mendapatkan pelepasannya.
Dan benar saja, tak lama mengatakan itu, pinggul Calista sedikit terangkat, tubuhnya bergetar menanddakan a sudah mencapi puncaknya.
Sran tersenyum puas, ini pertama kalinya dia bisa meruntuhkan benteng Calista setelah selama ini dia ditolak olehnya, tidak masalah jika dia belum bisa berhubungan dengan Caliata, tapi suatu saat dia yakin jika Calista akan mau dengannya dan jatuh cinta padanya.
"Jangan dijilat—
Calista melotot dan bahkan memegang tangan Sean ketika dia sibuk menjilati jarinya.
"Rasamu sangat manis, kapan-kapan aku harus merasakannya." Ucap Sean tersenyum namun Calista menjadi merinding.
"Manis bagaimana, memangnya milikku ada gulanya, dasar hyper." Batin Calista.
"Kenapa kau memandangiku seperti itu? Mau ku masuki? Morning sek-s rasanya jauh lebih nikmat." Goda Sean yang ingin melepaskan celananya yang di cegah oleh Calista.
"Ck! Jangan aneh-aneh," ucap Calista memukul tangan Sean yang ingin melepaskan celananya.
"Bukankah rasanya sangat enak?" Tanya Sean yang membuat Calista benar-benar malu.
"Minggirlah, kau membuatku lengket." Ucap Calista yang akhirnya mendorong pelan tubuh Sean dan pergi ke kmar mandi, dia menutupi tubuhnya dengan selimut dan bahkan membawanya sampai depan kamar mandi yang di tanggapi Sean dengan kekehan.
"Dia sangat menggemaskn, suara desahannya bahkan membuatku rasanya tidak tahan denganny." Gumam Sean yang gemas, dia akhirnya pergi ke kamar samping untuk mandi di sana.
Sedangkan Calista menggigit bibir bawahnya,
"Aku tidak munafik, tapi tadi itu memang sangat enak." Gumam Calista.
Dia memukul pelan kepalanya karena entah kenapa dia bisa terbuai dengan sentuhan Sean, bahkan ciumannya memang berbeda dengan Lucas dulu, dan dia lebih bersemangat dengan Sean dibandingkan dengan Lucas.
"Apa aku mulai menyukai buaya itu? Astaga! Aku menyukai seorang psykopat." Gumam Calista terkekeh dan akhirnya mandi dengan cepag karena dia ingin berangkat dengan Sean ke kantor.
Saat keluar dari kamar mandi, ternyata di sana ada Sean yang sepertinya juga sudah mandi.
"Kau tadi mandi di mana?" Tanya Calista.
"Dikamar samping." Ucap Sean.
Calista juga bersiap, mereka turun kebawah, untuk sarapan terlebih dahulu. Bahkan Calista sudah mulai menggandeng tangan Sean.
"Aku belum melihat dengan jelas mansionmu, kapan kau akan mengajakku berkeliling?" Tanya Calista.
"Kau mau jalan-jalan sekarag?"
"Tidak! Jangam sekarang. Kau ada meting pagi." Ucap Calista yang di angguki oleh Sean.
"Katakan saja kau ingin melihat-lihat mansion ini kapanpun." Ucap Sean yang di angguki oleh Calista.
"Mansionmu sangat besar, jika aku memintanya. Apa kau akan memberikannya?" Goda Calista.
"Aku memiliki banyak mansion, jika kau menginginkannya, ambil saja, asal aku bisa mendapatkan hadihku sebagai gantinya." Ucap Sean merengkuh tubuh Calista saat sudah berada di lift.
"Itu artinya aku menjual diriku padamu." Ucal Calista.
"Aku tidak mengatakan itu, tapi jika kau mau anggap saja ini hadiah, bukankah kau sekarang kekasihku? Lagi pula. Aku tidak pernah serogal ini dengan kekasihku, hanya pdamu. Kau seharusnya beruntung." Ucap Sean yang menciumi leher Calista dan membuat Calista terkekeh.
"Apa Lucas pernah melakukan hal seperti yang aku lakukan tadi?" Tanya Sean.
"Tidak! Dan kau pasti tau apa yang aku lakukan saja dengan Lucas."
"Lalu kenapa kau membiarkanku melakukannya." Tanya Sean.
"Karena kau tadi memaksaku dan mengatakan jika itu akan enak, jadi aku penasaran." Ucap Calista asal yang membuat Sean benar-benar tertawa.
"Jika kumasuki, itu rasanya akan semakin enak." Ucap Sean.
"Itu berarti kau pernah dengan wanita lain?" Tanya Calista.
"Karena kau kekasihku, aku tidak ingin berbohong dan memang pernah. Tapi hanya dengan satu wanita, yaitu mantanku." Ucap Sean jujur.
"Berapa lama kau dan dia menjalin hubungan?" Tanya Calista.
"Lima tahun."
"Pantas saja." Ucap Calista, sebenarnya tidak heran jika memang jaman sekarang sepasang kekasih akan tidur bersama, dan Calista memakluminya meskipum ada sedikit rasa cemburu, tapi dia tidak bisa menghakiminya karena itu adalah masa lalunya.
"Itu dulu, dan aku sudah tidak mencintainya, aku berharap kau menghargai kejujuranku, karena sekarang aku hanya berfokus denganmu." Ucap Sean yamg membuat Calista tersenyum tipis dan mengamgguk.
Di meja makan, seperti bisa di sana ada pemandangan yang membuat Calista sebenarnya sedikit jengkel.
Sabrina menyapa Sean, namum tidak untuk Calista, Calista pun sama cueknya dan tidak memperdulikan sikap Sabrina kepadanya.
Para pelayan ikut tersenyum ketika Sean akhirnya melabuhkan hatinya kepada wanita baik seperti Calista, berada di sini masih tiga hari membuat para pelayan tau jika Calista adalah wanita yang ceria dan baik,
Saat dimobil, Calista terkejut ketika mendapatkan pesan dari tetangganya jika ayahnya kembali ke rumah mendiang orang ruanya dan bahakn tidur di sana.
"Enak saja." Gumam Caliata lalu menoleh ke arah Sean.
"Sean, apa bisa aku cuti hari ini? Aku ada perlu di rumah orang tuaku," ucap Calista yamg membuat Sean menoleh.
"Apa ada masalah?" Tanya Sean.
"Hm, sedikit, Robert datang ke rumah ku, aku hanya takut dia malah menjuali barang-barangku." Ucap Calista yang dimengerti oleh Sean.
"Biar ku antar." Tawar Sean.
"Tidak, kau ada meting pagi ini, kau meting saja dengan Arga, aku ingin menyelesaikannya sendiri dengan pria tua bangka itu," ucap Calista yang emmbuat Sean tersenyum tipis dan akhirnya menganggukz
"Katakan saja kau butuh bantuan."
Ucap Sean yang di angguki oleh Calista,
Sean melajukan mobilnya ke rumah Calista.
"Di sini sangat sepi," ucap Sean.
"Jika kau memintaku untuk menjadi kelasihmu, aku harus bisa menghadapi masalah sendirian seperti ini, lagi pula, sedari dulu aku sudah terbisa menghadapi semuanya sendirian, jadi aku tidak akan kenapa-kenapa." Ucap Calista yang akhirnya di angguki oleh sean,
Di cukup bangga dengan Calista yang ternyata memang tidak manja dan ingin melakukannya dengan sendirian.
Sean membiarkan Calista masuk ke dalam rumahnya, namun dia mengkode anak buahnya yang ada dibelakang mobilnya sedari tadi untuk berjaga satu di depan rumah Calista, meskipun dia percaya jika Calista bisa menjaga diri, tapi tetap saja dia takut Robert seperti Lucas yang anntinya akan menyakiti wanitanya.
"Sudah kuduga." Gumam Calista karena barang-barangnya dikumpulkan di ruang tengah.
"Apa kau sudah jatuh miskin? Uang hasil menjualku apakah sudah habis?" Ucap Calista mengagetkan Robert yang baru bangun.
"Aku hanya terkejut saat ternyata kau bisa mendapatkan rumah ini kembali. Kau sudah hidup enak, aku tidak menganggumu sudah untung, jadi biarkan aku menjual barang-barang di rumah ini." Ucap Roobert yang membuat Calista merasa geram.
"dasar tua bangka, berani kau jual perabotanku, maka aku akan memotong tanganmu." Ucap Calista yang malam membuat Robert tertawa.
"Aku sangat takut dengan ancamanmu, Calista." Goda Robert.
Di tidak menghiaraukan perkataan anak tirinya ini dan pergi ke kamar mandi.
Calista mengepalkan tangannya,
"Dasar tua bangka, awas saja kau." Gumam Calista lalu tersenyum licik, dia tiba-tiba memiliki ide yang jahat.
Calista menuju kamar ayah tirinya dan langsung mengunci pintu kamar mandi,l di mana di sana Robert sedang mandi.
"Menggigil saja kau di dalam, pria tua bangka." Ucap Calista tersenyum miring lalu mencium sebuah kunci di tangannya,