Julian mengeluarkan beberapa pakaian dan meletakkannya di lemari kamar apartemen barunya. Julian menghubungi Sammy, untuk memastikan jadwalnya.
“Bisakah kau atur agar semua meetingku pagi ini dipindahkan agak siang?”
Sammy menyanggupi sebelum kemudian menambahkan, “Pak, ada banyak permintaan wawancara untuk Anda dari beberapa media. Bahkan ada tawaran untuk casting sinetron? Apa yang harus saya lakukan?”
“Tolak saja semua! Aku akan mengirimkan press release kepadamu, kirimkan pada media-media yang menulis berita gosip, paham?”
“Baik, Pak. Saya akan kirimkan jadwal hari ini melalui email.”
“Aku sudah meminta Harris menemuiku. Jika ada yang harus aku terima, berikan saja kepadanya.
“Baik, Pak.”
“Thanks,” Julian mengakhiri sambungan dan segera membuka laptopnya untuk membuat press release resmi darinya. Ia tidak mengira masalah kecil saja bisa berkepanjangan bahkan mulai menguras pikirannya.
Harris datang saat Julian selesai mengirimkan press release kepada Sammy.
“Wow! Apartemen yang sangat bagus!” puji Harris, saat memasuki ruang apartemen Julian dengan tampilan necisnya.
“Thanks, Harris, kau punya ide dimana Diana?”
“Apa kau mau menemuinya? Bagaimana jika pertemuanmu dengannya malah menjadi skandal baru?” Si sepupu mengingatkan, sembari melemparkan sekaleng kopi instan pada Julian.
Julian membuka kaleng kopi itu sambil memikirkan bagaimana cara terbaik untuk mencari Diana. Entah kenapa gadis itu malah menghilang dalam keadaan seperti ini. Padahal, dia cukup mengatakan pada wartawan bahwa saat itu hanya salah paham, semua sudah selesai. Tidak perlu wartawan itu sampai harus mengejar-ngejarnya segala.
“Baiklah, beberapa informasi yang kudapatkan, Diana Callista pernah bergabung dalam agensi model, menjadi figuran di beberapa sinetron dan iklan, tetapi dia memang tidak terkenal. Namanya mulai cukup dikenal saat ikut bermain di serial pendek online yang ceritanya diangkat dari sebuah novel.
"Belakangan dia mulai dikenal sebagai sosialitas, karena sering memamerkan outfit of the day lengkap dengan barang-barang bermerek terkenal. Dia juga cukup dikenal dekat dengan salah satu personel band Forever,” Sejenak Harris mengangkat wajahnya. “Ini mungkin maksudnya Augusta,” imbuhnya, sebelum menyambung. “Belakangan kabarnya dia ingin debut sebagai penyanyi, ada project bersama Forever.”
“Ahh…” Julian mengangguk-angguk. “Lalu, kau punya ide kemana aku harus mencarinya?”
“Julian, Augusta bisa dianggap sebagai teman terdekatnya. Jika adikmu itu saja tidak tahu, kemana lagi harus mencarinya? Agensinya sendiri tidak tahu sebab Diana sedang diskor karena menyalahi kontrak, dia ketahuan mengambil pekerjaan di belakang agensinya.
“Aku sudah menghubungi Melly, dia juga tidak tahu. Katanya sudah cukup lama mereka belum berkomunikasi lagi, karena dia sibuk dengan ujiannya. Kau punya informasi dimana Diana biasa nongkrong?”
“Paling sering di café Augusta. Entahlah, dia sepertinya sangat kasmaran dengan adikmu itu. Aneh rasanya tiba-tiba muncul gosip kalian terlibat cinta segitiga.”
Sekali lagi Julian berdecak kesal.
“Baiklah, nanti saja kita cari lagi Diana. Ada beberapa meeting penting hari ini yang harus kuhadiri.”
***
Diana keluar dari kamar mandi hanya dengan mengenakan mantel handuk. Di tepi tempat tidur, Augusta sedang sibuk dengan ponselnya.
“Banyak sekali kabar mengenai kau dan Julian. Bahkan, mereka memuat profil pribadinya segala,” decis Augusta, kesal. Ia lantas menoleh kepada Diana dengan tatapan gusar. “Apa kau tidak akan meluruskan semuanya?”
Diana mendekat dengan wajah manja, dia memeluk pundah pria itu dan menyandingkan dagunya di bahu Augusta.
“Sayang… calon produserku belum mau membantuku membuat single, karena katanya aku masih kurang terkenal. Karena itu aku harus mencari sensasi. Jika namaku sudah naik, saat kita menjalankan proyek bersama, akan lebih mudah populer. Itu juga bagus untuk bandmu kan?”
“Kenapa kau tidak mengatakan hal itu sebelumnya!? Sampai-sampai aku harus mengorbankan kedua kedua jariku!”
Diana memeluk Augusta semakin ketat. “Itu rencana dadakan, aku lupa memberitahumu. Aku juga tidak tahu bahwa kau akan datang lebih cepat.”
Lelaki itu menoleh, menatap Diana lekat. “Apa kau benar-benar tidak tertarik pada Julian?” ia meyakinkan.
“Tentu saja tidak, Sayang…! Kau adalah… laki-laki terbaik yang pernah kukenal.”
Tentu saja, selalu memberi uang, membelikan barang mewah, bahkan sebuah apartemen untuk Diana. Kalau tidak menjadi pacarnya, entah kapan artis tanggung itu bisa mendapatkan semuanya.
Augusta memang tahu benar dimana Diana tinggal. Saat dia mendatanginya, Diana buru-buru menjelaskan situasinya. Bahwa dia dan manajernya sudah menyewa seorang wartawan gosip untuk membantunya membuat sensasi. Awalnya hanya berupa foto-foto saja antara dia dan seorang pria. Karena ada Julian, Diana memanfaatkannya. Dia sendiri tidak mengira akan berbuntut begini panjang. Apalagi, banyak orang mulai penasaran pada Julian. Nama Diana pun kian terangkat.
“Siapa Diana Callista? Artis Pendatang Baru yang Menjadi Rebutan Dua Pewaris Creative Universe” itu adalah salah satu judul sensasional yang meliput profil Diana.
Tetapi, Diana masih belum boleh membuka semuanya oleh manajernya. Bahkan, katanya sudah semakin banyak tawaran wawancara untuk Diana dan tampil di talk show dengan bayaran menggiurkan. Karena itu Diana diminta sembunyi.
Augusta menerima penjelasan Diana.
“Maaf ya, kau sampai harus kehilangan kesempatan tampil di festival. Tapi nanti, jika proyek kita booming. Kau bahkan bisa membuat konser band-mu sendiri!” bujuk Diana yang pandai bicara.
Augusta luluh sudah dengan kata-kata manis dari kekasihnya. Dia memang sangat mencintai gadis cantik yang genit tersebut. Ia meletakkan ponselnya dan menyambar bibir Diana serta melumatnya beberapa kali.
“Hei, sudah… kau ‘kan ada pertemuan dengan teman-teman band-mu untuk menyeleksi calon drummer pengganti?” Diana mengingatkan.
Dengan enggan Augusta harus mengakui kebenaran perkataan kekasihnya dan pamit dari sana.
Setelah itu Diana menghubungi seseorang. “Kira-kira berapa lama aku harus sembunyi? Apa kau yakin taktik ini bisa melambungkan namaku? Aku malah merasa citraku menjadi semakin jelek.”
“Yang paling penting saat ini semua orang membicarakan namamu,” ujar orang di seberang sana. “Nanti setelah kau klarifikasi, semua akan baik-baik saja. Tapi setidaknya, namamu sudah lebih popular.”
“Lalu apa yang harus kukatakan sebagai alasanku menghilang?”
“Kau cukup berkata, bahwa kau menenangkan diri karena shock, atau sakit, atau apalah. Itu bukan hal yang sulit.”
“Apa setelah itu kau benar-benar akan membuatku menjadi penyanyi?” gadis itu memastikan.
“Ya, asal kau menuruti semua perkataanku sekarang.”
Diana menelan ludahnya, menghela napas dalam. “Baiklah.”