Pengakuan

1057 Kata
“Hei, tenanglah…. Party di Aristocrat kan sampai dini hari. Apa kau begitu tidak sabar?” Augusta seakan-akan tahu apa yang ada di pikiran Julian, ia berusaha membuat kakanya itu lebih santai. “Bukan begitu,” sanggah Julian, “Hanya saja, aku tidak terbiasa dengan segala sesuatu yang tidak sesuai jadwal,” tekannya. “Jadi membuatku ingin membentak-bentak seseorang.” Anggota band Forever tertawa mendengarnya. Saat ketukan di pintu terdengar, Julian sempat mengira itu adalah panggilan untuk mereka. Tetapi rupanya dia salah, itu kiriman makan malam agar mereka makan terlebih dahulu. Baru jam 8 malam Forever band dipanggil. Rupanya, ada sebuah band yang didahulukan dan ditukar jadwalnya dengan mereka karena sesuatu hal. Ketika MC akhirnya memanggil Forever Band, suasana di stadion itu langsung ramai. Bahkan, ada beberapa teriakan histeris dari para penggemar wanita pada lelaki keturunan itu. Lagu pertama mereka dimainkan dan mendapat sambutan cukup meriah. Julian diperkenalkan sebagai drummer pengganti, dan mendapat sambutan paling meriah. Sementara Augusta kali ini hanya berperan sebagai penyanyi latar. Meskipun begitu, keduanya sempat menyampaikan gesture bahwa hubungan persaudaraan mereka baik-baik saja. Augusta yang berperan sebagai juru bicara band mereka juga sempat menyampaikan bahwa semua simpang siur di luar sana sebenarnya hanya rumor. “Malahan… saat ini, kami punya kejutan!” seru Augusta, yang membuat Julian bingung mendengarnya. Kejutan apa? “Lagu berikut ini, ada seseorang yang akan membawakannya bersama kami… Diana… Callista!!” Julian benar-benar terkejut mendengarnya. Apalagi, saat dia benar-benar melihat Diana muncul dari balik panggung. Kehadiran wanita itu disambut banyak blitz kamera dari para wartawan, serta teriakan dari penonton. Sebaliknya dengan Julian. Dia benar-benar bingung. Apa selama ini dia sudah dipermainkan? Augusta bahkan tidak mengatakan apa pun kepadanya tentang rencana duet mereka ini. Julian berusaha bertindak professional dan tetap memainkan perannya. Meskipun demikian sepanjang penampilannya, bisa tampak wajah Julian yang dingin dan enggan, menahan amarahnya. “Julian! Julian! Julian!!” terdengar teriakan penggemarnya saat mereka memberi hormat setelah penampilan terakhirnya, bersama-sama membungkuk sebelum beranjak ke belakang panggung. *** “Apa kalian tahu mengenai hal ini!?” bentak Julian pada para anggota band Forever minus Augusta. Ketiganya hanya tampak membisu. Dia menghempaskan napasnya keras. “Jadi kalian tahu mengenai hal ini…” geramnya, merasa dipermainkan, tampak matanya menantang nyalang dan dadanya menahan emosi. “Julian, Julian, tenang dulu,” pinta Randy. “Kami juga baru mengetahuinya dari Augusta kemarin. Dia bilang, dia yang akan menjelaskan semuanya kepadamu.” “Aku sudah selesai dengan omong kosong ini—“ Julian meraih jaketnya hendak beranjak. Saat itu pintu terbuka, dan muncullah Augusta dan Diana yang baru saja selesai dengan beberapa wawancara. “Hei, mau kemana, Bro?” tanya Augusta. “Sebaiknya kau jelaskan sekarang juga apa yang terjadi?” kecam Julian, menunjuk adik tirinya mengintimidasi. Sesekali lirikannya berpindah kepada Diana dengan tidak kalah dingin. “Sorry, Julian…” ungkap Diana. “Aku harus melakukan ini, jika tidak, aku… produserku—“ “Produsermu?” desis Julian, mulai mengerti bahwa dia sudah diperalat. “Julian, duduklah dulu,” ajak Augusta, menarik Julian kembali ke sofa. Amarah masih tampak di wajahnya, tetapi Julian memutuskan mendengarkannya walau masih dengan wajah tidak sudi. “Melibatkanmu sebenarnya di luar rencana kami,” ungkap Augusta. “Kau pikir aku mau mengorbankan tanganku sebelum festival? Tapi semuanya sudah terlanjur.” “Kenapa kau melakukannya?” tanya Julian kepada Diana, tajam. “Dan kenapa kau mendukungnya?” kali ini Direktur CU itu menuding kepada Augusta. “Apa kau tahu hal ini bisa merusak nama baik keluarga kita? Perusahaan kita? Kau tahu tekanan yang Papa alami karena masalah ini? Apapun alasan kalian, sebaiknya ini hal yang bagus!” “Diana ingin debut sebagai penyanyi. Produsernya menuntut Diana harus menaikkan namanya,” Augusta pasang badan. “Aku juga baru mengetahui belakangan. Dia tidak ada maksud melibatkanmu, Julian. Tetapi nyatanya, itulah yang terjadi. Kau tahu kelanjutannya… Akhirnya, setelah diputuskan kau menggantikanku di festival, kami memutuskan ini juga saatnya mengakhiri semua sandiwara ini,” ungkap si adik tiri. “Lagipula, semua berjalan baik, kan?” Diana mengonfirmasi takut-takut. “Maksudku… penampilan kita tadi, benar-benar membuat heboh dan mencuri perhatian. Selain itu… semua isu juga sudah jelas.” “Kau bercanda!” desis Julian, masih geram. “Siapa calon produsermu itu?” tanyanya. “Mario Andreas, dari Gemilang Enterprise,” terangnya. Mendengar nama Mario disebut, wajah Julian semakin menegang. Ia menggeleng geram “Enough,” Julian mengangkat kedua tangannya. “Aku tidak mau dengar lagi.” Lelaki jangkung itu berdiri. “Julian, tunggu!” tahan Augusta. “Besok manajemen Diana akan mengadakan konferensi pers untuk kita. Kau bisa hadir kan? Kita jelaskan ini semuanya, membersihkan nama CU.” “I’m enough with this crap. Next time, jangan melibatkanku lagi,” tegas Julian. “Kalau kau mau membuat konferensi pers atau apa pun, terserah saja! Tapi aku tidak mau lagi dilibatkan dalam omong kosong ini. Dan Augusta, aku tidak mau tahu, kau dan kekasihmu harus membereskan semua yang berkaitan dengan nama baik CU. Hanya itu saja yang kupikirkan. I wish you all good luck, bye!” Suara bantingan keras pintu terdengar saat Julian meluarkan ruang tunggu mereka. Sejenak tak ada yang bersuara, menyadari lelaki yang biasanya tak banyak bicara yang tidak diperlukan itu benar-benar marah. “Sebaiknya kau luruskan masalahmu dengannya, Augusta,” saran Leo. Augusta menanggapinya dengan anggukan. “Dia hanya sedang kesal, setelah semuanya beres, tidak akan ada masalah lagi,” pria itu meyakinkan. “Tapi besok kau tetap datang ‘kan, ke konferensi pers kita?” rajuk Diana yang langsung diiyakan oleh Augusta. “Tentu saja. Tetapi sekarang aku akan bicara dengan Julian dulu,” kata Augusta. *** Julian bisa mendengar teriakan-teriakan saat dia berusaha meninggalkan area venue. Ada beberapa pihak keamanan yang membantunya keluar dari area. Tetapi saat di tempat parkir, Julian masih mendapati beberapa orang sempat mengejar hingga menuju tempat mobil sportnya terparkir. “Julian! Julian!!” Beberapa orang wartawan mengejar dan menembakkan lampu blitz ke arahnya. Julian mengangkat tangannya menghindari mereka. “Julian, apa benar bahwa semua ini hanya settingan!?” “Apa kau dibayar untuk membuat skandal oleh manajemen Diana!?” “Julian! Apakah kau juga berniat terjun ke dunia hiburan?” Dan berbagai pertanyaan lainnya yang Julian abaikan. Jadi, setelah dituding cinta segitiga, lalu dianggap mengancam Diana sampai gadis itu menghilang, sekarang dia dianggap sengaja bersekongkol untuk cerita settingan!? Julian masuk ke dalam mobilnya dengan cepat, membanting pintu, menyalakan mesin yang menderu keras dan melesat pergi dari sana.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN