Kepala Saki jadi berdenyut mendengarkan ucapan wanita itu yang terus merepet menghinanya, Saki membiarkannya saja, dia masih memejamkan matanya dan menyandarkan tubuhnya dengan nyaman di sofa empuk itu.
Semalam dia tidak bisa tidur dengan nyenyak, selalu seperti itu, setiap berdebat dengan Dipta perihal anak, maka hatinya menjadi buruk dan tidurnya jadi terganggu. Dipta mana tau apa yang dia rasakan setiap kali selesai berdebat dengan pria itu.
Tau-tau Saki merasakan tangannya ditarik paksa oleh wanita itu, membuat Saki membuka matanya dan menatapnya tajam.
“Kamu sudah bertindak kasar, kamu sadar tidak?!” Saki menyentaknya kuat, membuat wanita itu tersenyum sinis. Dia justru sengaja kembali menarik tangan Saki dan menekan kukunya untuk melukai kulit Saki.
“Saya sudah memperingatkan
