Saki terjaga dan tidak mendapati Dipta di sisinya, dan saat dia akan beranjak untuk bangun, pintu kamarnya terbuka, Dipta muncul di sana dengan senyum yang terkembang dan mempercepat langkahnya untuk naik ke ranjang. “Aku bangun karena ingin memelukmu tapi tempat kamu kosong, Mas.” Tatapan Saki masih sayu, mendengar itu membuat Dipta meringis dan merasa bersalah. Memang semenjak hubungan mereka membaik, Saki akan selalu memeluk Dipta sepanjang malam. “Maaf … Aku membangunkan kamu, ya?” Bisik Dipta, pasalnya untuk membuat Saki lelap itu cukup sulit karena wanita itu kerap bergerak gelisah mencari posisi yang nyaman dan Dipta akan selalu ada di sampingnya, mengusap perutnya atau memijat kecil punggungnya. “Tidak apa-apa, aku terbangun juga karena merasa haus.” Saki mengulum senyumn

