Dipta membelai wajah Saki dengan perasaan mendamba juga rasa bersalah karena kembali menarik Saki pada masalah yang membuat wanita itu terluka hebat. Kadang masih ada rasa sesal dalam diri Dipta dan pengandaian jika saja dia menuruti ucapan Saki untuk tidak pergi hari itu, namun dia juga tau semua adalah bagian dari takdir. "Mas ... kondisi Mba Ayudya bagaimana?" Tanya Saki kembali mengulang pertanyaannya. “Dia buruk, secara psikis. Dia tidak bisa menerima keadaannya, dan kerap mengamuk menyalahkan takdir, selain pengobatan untuk fisiknya, dia juga menemui psikolog untuk mentalnya. Itulah yang membuat waktuku tersita menemaninya. Dia … membutuhkan dukungan moril dari orang terdekatnya, bukan hanya suster yang bisa merawatnya.” Saki membekap mulutnya mendengar informasi dari Dipta.

