“Ahh... sshh.. sakit!" "Tahan sebentar, tidak akan lama." "Pelan-pelan, Dok." "Iya, ini juga udah pelan sayang, sebentar lagi." "Saya gak tahan...ahh!" Vivian berkali-kali meringis. Ia memang cengeng, tak bisa menahan rasa sakit lebih lama. Salah Satria yang menarik tangannya terlalu kencang, hingga pergelangannya memar seperti ini. Pria itu sedang mengobatinya dengan es batu yang ia bungkus dengan kain. Beruntung, di kamarnya ada lemari es kecil yang ia simpan saat Vivian dirawat di kamarnya dulu. Ia belum sempat memindahkannya lagi. "Apa kamu tidak pernah makan?" Tanya Satria sambil masih sibuk dengan bungkusan es batu yang ia tempelkan pada tangan Vivian. "Apa? Tentu saja makan. Kalau tidak, saya bisa mati, Dok." "Apa yang kamu makan? Lihat, pergelangan tanganmu tiga kali lebih