bermain panas

1039 Kata
"Aku akan mengucapkan kata terimakasih ku dengan bermain panas seperti semalam." Ujar Naya yang berhasil membuat pulpen mahal yang ada di tangan Lanc seketika terjatuh saat Naya mengingat tentang apa yang terjadi semalam di antara mereka. Naya yang melihat Lanc menjatuhkan pulpennya langsung berjongkok untuk mengambil pulpen tersebut dan kembali menyerahkan pada Lanc dengan posisi menggoda Lanc, hingga membuat Lanc merasakan hawa panas mendapat godaan dari Naya. Lanc mengalihkan pandangannya ke sembarang arah, namun Naya tidak berhenti disitu. Naya duduk di meja kerja Lanc, dengan menyilangkan kaki satunya kada kaki yang lainnya, hingga Lanc melihat dengan jelas, betapa mulusnya paha Naya. Tangan Naya menyentuh d**a Lanc, bahkan Naya menuntun tangan Lanc untuk berada di atas pahanya, membuat Lanc benar-benar sangat kesusahan untuk menahan diri agar tidak menyentuh Naya. "Uncle, aku tergoda dan bahkan candu dengan permainan Uncle semalam. Aku baru tahu, ternyata, senikmat itu bercinta dengan atasan sendiri." Ujar Naya seraya mengelus d**a Lanc, membuat Lanc terpaksa menyudahi pekerjaannya, karena Lanc juga tidak bisa konsentrasi kalau Naya masih menggodanya. Lanc berdiri dan membenarkan jasnya yang sudah rapi, karena Lanc membenarkan jasnya hanya untuk menormalkan nafasnya yang mulai merasa tercekat karena godaan Naya. "Jangan bertingkah, Nay. Aku atasanmu." Kata Lanc tegas seraya membelakangi Naya. "Aku keponakanmu kalau kita sedang berdua, Uncle. Tidak perlu takut atau memperingati ku tentang pekerjaan kita, karena kalau ada orang lain selain kita berdua, aku akan bekerja dan aku adalah bawahanmu." Ujar Naya panjang lebar, membuat Lanc langsung mengeluarkan desah kasarnya. "Apa mau kamu?" tanya Lanc datar, namun Langsung mendapat tanggapan berupa pelukan hangat dari tubuh Naya. "Aku butuh Uncle karena aku nyaman bersama Uncle." Jawab Naya yang membuat Lanc langsung melepaskan tangan Naya, dan menatap Naya dengan tatapan horornya. "Jangan jadikan aku sebagai alat balas dendam mu karena rasa sakit hatimu pada Niko. Dengar baik-baik, Nay. Aku bukan orang yang tepat untuk dijadikan alat balas dendam mu pada Niko." Ujar Lanc Dengan penuh ketegasan, membuat Naya langsung tertawa renyah. "Uncle tidak perlu khawatir, aku tidak menjadikan Uncle sebagai alat apapun karena ke egoisan aku. Aku melakukan semua ini, itu karena aku tahu kalau Uncle juga tertarik dengan tubuhku." Ujar Naya seraya mengalungkan kedua tangannya pada leher Lanc, dan keduanya saling bertatapan, hingga salah satu tangan Lanc menyentuh dagu Naya, dan sedikit mendorongnya, lalu mengecupnya dengan singkat, tapi detik selanjutnya , Lanc kembali menikmati bibir Naya, dan menyesapnya dengan penuh nikmat, hingga sebuah ketukan pintu di ruangannya berhasil membuatnya terpaksa harus menyudahi permainan bibirnya dengan bibir Naya. Dengan langkah santainya Naya melangkah menjauh dari Lanc, dan duduk di kursi tepat di depan meja kerja Lanc, dan memperlihatkan wajah santainya, hingga siapapun yang melihat wajah Naya, tidak akan tahu kalau keduanya baru saja saling bertukar Saliva. Lanc sendiri juga sudah duduk santai di kursi kebanggaannya dengan pulpen yang sudah berada di tangannya. Lanc berteriak menyuruh siapa orang yang mengetuk pintu ruangannya untuk masuk. Ceklek "Maaf, Tuan. Saya hanya ingin memberitahu Anda, kalau Minggu depan, cabang kita di Paris mengharuskan kita untuk datang." Ujar Rama, asisten Lanc yang sebenarnya. "Kamu atur saja keberangkatan kita." Kata Lanc datar, lalu Rama kembali undur diri setelah sekilas melihat Naya. "Uncle, aku ikut ya." Kata Naya dengan wajah binarnya setelah Rama sudah pergi. "Terserah!" ujar Lanc singkat, lalu kembali menyibukkan diri dengan pekerjaannya. Karena Naya datang ke kantor juga untuk bekerja, akhirnya Naya pun keluar dari ruangan Lanc, dan mulai bekerja dengan benar. Sejak Naya di putuskan untuk menjadi asisten Lanc, sejak itulah Naya terus menempel pada Lanc kalau urusan pekerjaan sudah selesai. Yah, sekalipun Naya memang terus menggoda Lanc, tapi kalau masalah pekerjaan belum selesai, atau mereka sedang dalam pekerjaan, Naya tetap profesional dengan pekerjaannya. Selama Naya menjadi asisten Lanc, selama itu juga Naya menjalankan 2 peran, dimana Naya berperan sebagai seorang sekertaris profesional, dan berperan sebagai seorang sekretaris penggoda. Lanc sendiri merasa bangga dan cukup puas dengan pekerjaan Naya selama 1 Minggu ini, karena pekerjaan Naya sangat memudahkan dirinya dalam bekerja, bukan malah menyulitkan dirinya, yang ternyata Naya memiliki keahlian tersembunyi dalam menguasai pekerjaan sebagai sekretaris. Tidak dipungkiri Lanc memang tergoda dan bahkan apa yang dikatakan Naya sejak awal itu benar, kalau Lanc memang tergoda pada dirinya sejak Naya masih ada hubungan dengan Niko. Namun sekalipun Lanc terpesona dengan kecantikan Naya, Lanc tidak pernah memiliki niat untuk merebut Naya dari Niko, tapi Naya sendiri yang menjatuhkan tubuhnya di ranjangnya, hingga Lanc menganggap kalau Lanc memiliki keberuntungan yang lebih daripada Niko. Jam 09.00 malam, ponsel Lanc berdering, yang ternyata Niko yang menghubunginya. Lanc menerima panggilan masuk itu setelah mematikan rokok yang sejak tadi ia hisap untuk menemani dirinya. "Ada apa?" tanya Lanc datar "Tidak ada apa-apa kok, Uncle. Cuma mau nanya, Naya masih belum pulang dari kantor?" tanya Niko dengan nada yang terdengar sedikit takut. "Apa aku harus memeriksa satu persatu semua karyawanku untuk memastikan keberadaannya dimana?" jangankan memberi jawaban atas pertanyaan Niko, Lanc justeru malah memberikan jawaban bentuk pertanyaan pada Niko, membuat Niko langsung menggaruk tengkuk leher belakang nya yang tidak gatal. "Bukan begitu maksud aku, Uncle. Naya Kan asisten Uncle, pasti dia akan selalu ada disamping Uncle dan tentunya Uncle tahu dimana Naya selagi ada di kantor." Kata Niko yang memang harus menahan diri meski takut, karena Niko memang harus bertemu dengan Naya. Lanc yang mendengar ucapan Niko memberitahu Niko, kalau Naya sudah pulang. Niko yang mendengar jawaban dari Uncle nya langsung menyudahi panggilan tersebut, dan menuju mobilnya, lalu menuju ke apartemen Naya, karena Niko sendiri juga sudah tahu dimana apartemen Naya. Setelah sampai di apartemen Naya, Niko mengetuk pintu kamar Naya, dan ternyata, Niko langsung dibukakan pintu oleh Naya. Degh "Niko, ngapain kamu kesini?" tanya Naya dengan raut wajah yang terlihat sangat tidak suka, bahkan Naya cukup terkejut melihat kedatangan Niko. Niko langsung menerobos masuk dengan mendorong tubuh Naya, hingga ia bisa berada di dalam kamar Naya. "Sayang, aku minta maaf. Aku tidak sadar kalau waktu itu aku sudah termakan oleh fitnah Nia." Ujar Niko yang membuat Naya langsung mendesah kasar. Naya berusaha melepaskan tangan Niko, namun Niko tetap menahannya. "Sayang, aku mencintaimu. Kita rujuk ya." Kata Niko dengan wajah penuh penyesalan. "Maaf, Niko. Aku tidak bisa." Ujar Naya yang berhasil membuat emosi Niko langsung meledak, karena di tolak oleh Naya. Niko langsung membanting tubuh Naya ke ranjangnya, dan menindih tubuh Naya meski tanpa mendapat persetujuan dari Naya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN