haredang ingin melakukannya lagi.

1108 Kata
"Dia kan…" Naya langsung menghentikan kalimatnya, saat CEO yang berhasil membuat dirinya diam terpaku melangkah mendekatinya. Sontak saja Mela juga ikut terdiam, terlebih Mela langsung besar kepala, kalau sang CEO akan mendekati dirinya, bukan mendekati Naya. "Nay, kayaknya kita benar-benar wanita paling cantik di kantor ini." Ujar Mela dengan percaya dirinya, dengan pandangan yang tidak lepas dari Lanc. Yah, CEO yang berhasil membuat Naya diam terpaku itu adalah, Lanc. Wajar saja Naya terkejut saat mendapati kenyataan kalau Lanc adalah CEO di tempat dirinya akan melakukan interview, karena selama ia mengenal Niko, bahkan sampai menikah dengan Niko, Niko tidak pernah bercerita kalau Uncle nya adalah pemilik perusahaan PT. RADILANC itu adalah Uncle dari Niko, yaitu Lanc. Selama ini, Niko hanya bercerita kalau Niko memiliki Uncle yang kejam, dan mengenalkan dirinya pada unclenya, tanpa menceritakan tentang pekerja unclenya. Makanya Naya sangat terkejut saat mendapati kenyataan, dimana Lanc, Uncle Niko adalah pemilik PT. RADILANC, perusahaan terbesar di kota PELANGI. Naya masih tidak percaya, kalau Lanc yang statusnya menjadi Uncle dari mantan suaminya, kini sekarang sudah menjadi atasannya. "Ehhh, mau…" Naya tidak bisa melanjutkan kalimatnya saat Lanc sudah menarik pergelangan tangannya dan menyeretnya menjauh dari posisinya, membuat Mela yang melihat Naya dibawa pergi oleh sang CEO langsung menatap kepergian Naya seperti orang bodoh karena tidak percaya kalau Naya dibawa pergi oleh sang Tuan. "Uncle gila ya! Ini di kantor! Kita harus profesional dalam bekerja! " teriak Naya setelah Lanc membawa Naya ke ruang pribadinya. "Aku bukan Uncle mu. Memperingati orang untuk profesional, tapi yang memperingati tidak profesional." Ujar Lanc datang, yang detik itu juga Naya mengerti kalau Lanc memang sedang dalam mode kantor. "Maaf, Pak. Saya tidak bermaksud untuk menyinggung atau tidak profesional." Kata Naya dengan nada formalnya. Lanc tidak memperdulikan permintaan maaf Naya. Lanc menyerahkan sebuah map pada Naya, yang dengan ragu-ragu Naya mengambil map tersebut dan membacanya. "Kenapa harus ada peraturan ini, Pak?" tanya Naya dengan bingungnya, saat Lanc menyerahkan map yang ternyata isinya berupa sebuah peraturan bekerja dengannya. "Bukannya kamu kesini untuk bekerja?" tanya Lanc yang langsung mendapat jawaban berupa anggukan kepala oleh Naya, meski Lanc tidak menjawab pertanyaannya, tapi Naya tetap memberi jawaban atas pertanyaan Lanc. "Kalau kamu kesini untuk kerja, ya sudah, kerjakan saja apa tugasmu sesuai dengan apa yang sudah tertera di sana." Ujar Lanc datar seraya menunjuk isi dari map tersebut. "Tapi kan saya belum interview, Pak. Saya mana tahu bekerja dibagian mana." Kata Naya dengan polosnya. "Kamu sudah lolos interview. Kamu jadi asisten saya." Ujar Lanc tegas, dan kali ini, Naya langsung tersedak air liurnya sendiri saat mendengar kalau dirinya akan menjadi asisten Lanc. "Ap-apa, Pak! Jadi asisten Pak Lanc?" tanya Naya dengan wajah terkejutnya. "Apa perkataan saya tadi masih kurang jelas? Butuh diperjelas?" tanya Lanc dengan tatapan horornya, yang membuat Naya langsung menggelengkan kepalanya dengan takut, bersamaan dengan kedua tangan yang ikut bergerak ke kanan dan ke kiri, pertanda kalau ia begitu sangat mengerti dan sudah jelas dengan apa yang sudah Lanc tadi katakan. "Saya tidak bermaksud untuk bilang Kalau perkataan Bapak tidak jelas. Hanya saja, saya merasa ada yang aneh." Kata Naya jujur "Aneh apanya?" tanya Lanc datar. "Aneh saja, kenapa saya langsung jadi asisten Bapak, sementara saya sendiri belum interview, anda juga tidak tahu seperti apa keahlian saya dalam menjalani peran sebagai seorang sekretaris." Ujar Naya jujur, karena memang sebenarnya Naya tidak mengerti kenapa Lanc malah menjadikan dirinya sekretaris, sementara Lanc juga tidak tahu seperti apa kinerja Naya dalam menjalani perannya sebagai Sri asisten dadakan. Lanc yang mendengar ucapan Naya langsung mengibaskan tangannya dingin, meminta agar Naya keluar dari ruangannya. Naya dengan kesalnya keluar dari ruangan Lanc, bahkan mengumpat Lanc karena Lanc tidak menjelaskan terlebih dahulu kenapa dirinya tidak interview terlebih dahulu. Baru saja Naya berhasil keluar dari ruangan Lanc, dan masih belum sempat menutup pintu ruangan Lanc, langkah Naya terhenti saat melihat ada sepasang kaki yang berdiri di depannya, dan dengan pelan Naya menarik kepalanya untuk melihat siapa pria yang berdiri di depannya. Degh "Niko…" lirih Naya pelan saat mendapati Niko di depannya. Hati Naya terasa sangat sakit saat melihat pria yang selama dua tahun ini ia cintai, dan mencampakkan dirinya begitu saja telat dimakan pengantin mereka, kini tengah berdiri di depannya. "Ngapain kamu dari ruangan Uncle Lanc?" tanya Niko datar. "Maaf. Beri aku jalan. Aku tidak ada urusan denganmu." Ujar Naya datar, meminta agar Niko menyingkir dan memberinya jalan. Niko langsung menahan tangan Naya, dan sedikit mencengkramnya, agar Naya tidak pergi. "Jangan buang-buang waktu ku. Cepat katakan, untuk apa kamu berada dalam ruangan Uncle Lanc!" titah Niko dengan penuh ketegasan, meminta agar Naya menjelaskan sesuatu pada dirinya. "Aku disini bekerja. Tentu saja aku akan keluar masuk keruangan ini, karena aku asisten Uncle Lanc. Bukan w*************a untuk mencari kenikmatan dari orang lain" Ujar Naya penuh ketegasan, dan sedikit membuat Niko merasa tersindir akan kata-katanya. Niko yang mendengar ucapan Naya sangat terkejut, pasalnya selama ia mengenal Naya, Niko tidak pernah bermain-main dengan msneirtahu Naya siapa sosok Uncle nya. "Sejak kapan kamu bekerja dengan Uncle? Selama ini aku selalu bersamamu, dan tidak ada tanda-tanda kamu akan mengenal sebuah pekerjaan, dan sekarang, tiba-tiba kamu sudah bekerja saja, ditambah tempat kerja kamu itu perusahaan Uncle sendiri. Aku sangat tidak percaya." Ujar Niko yang memang sangat sulit untuk dipercaya. Naya yang mendengar pertanyaan dari Niko hanya memutar bola matanya jengah, dan malas untuk memberi jawaban atas pertanyaan Niko tadi. "Yang pantas dipertanyakan itu adalah, sejak kapan kamu jadi memiliki kesibukan berupa sebuah urusan, atau kepo dengan urusan orang lain." Ujar Naya dengan penuh ketegasan, lalu pergi meninggalkan Niko yang masih diam mematung karena sangat terkejut. "Nay, aku belum selesai bicara!" kata Niko sambil menahan tangan Naya agar tidak pergi, karena Niko masih belum merasa puas dengan jawaban Naya. Niko butuh jawaban pastinya. "Sekarang aku sedang bekerja, ditambah atasanku bukan orang biasa. Kamu tahu kan siapa atasanku." Ujar Naya yang ingin langsung pergi begitu saja, tapi malah ditahan oleh Niko. "Nay, aku tahu kamu bekerja dengan Uncle. Tapi, aku yakin Uncle juga tidak masalah kita bicara sebentar, karena…" Niko langsung menghentikan kalimatnya saat mendengar suara pintu ruangan Lanc dibuka. "Nay, ada kerjaan penting!!!" Ujar Lanc datar tanpa menoleh pada Niko, atau memperdulikan keberadaan Niko. Lanc langsung meminta Naya masuk, dan dengan cepat Naya masuk, yang ternyata, detik itu juga Lanc malah mengunci pintu ruangannya, padahal di luar masih ada Niko. "Uncle memang pria yang sangat sempurna. Menolongku dari kesulitan saat aku menghadapi keponakan kandungmu itu." Ujar Naya seraya mendekatkan wajahnya pada wajah Lanc, untuk kembali mengulang kegiatan panas semalam. "Keluar! Untuk membalas apa yang sudah aku lakukan sekarang, kamu bisa membayarnya nanti!" titah Lanc dengan penuh ketegasan. Meminta agar Naya segera keluar dari ruangannya. "Aku akan mengucapkan kata terimakasih ku dengan bermain panas seperti semalam…
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN