mengulang kembali

1000 Kata
"Akan kucoba untuk reka ulang mengenai kejadian kita semalam." Ujar Lanc yang langsung melumat bibir Naya. Naya yang belum siap menerima serangan Lanc masih terdiam, terlebih Naya tidak percaya kalau dirinya benar-benar menyerahkan keperawanannya pada Uncle dari mantan suaminya itu. Lanc kembali menikmati bibir dan juga memainkan pucuk gunung kembar Naya, membuat Naya kesusahan menahan desahannya, hingga Naya dengan terpaksa langsung mendorong d**a Lanc agar Lanc menghentikan permainan bibirnya. Naya langsung mengambil ponselnya, dan melihat jam di ponselnya, yang ternyata sudah jam 7 lewat. "Gawat, jam 07.00." Kata Naya dengan paniknya seraya menunjuk layar ponselnya tepat di depan wajah Lanc. "Kenapa?" tanya Lanc datar, lalu berdiri setelah berpakaian lengkap, dan menatap keluar jendela, untuk menikmati sebentar indahnya alam di pagi hari. "Aku harus segera ke kantor. Aku ada interview pagi ini. Aku gak boleh terlambat." Kata Naya seraya turun dari ranjang dengan melilitkan selimut untuk menutupi tubuh polosnya, tapi langkah Naya langsung terhenti sebelum melangkah jauh, saat Naya merasa bagian intimnya benar-benar sangat sakit. "Awww! Aku gak tau kemasukan keris apa semalam, kenapa sakitnya separah ini." Gumam Naya seraya menekan miliknya di balik selimut, karena Naya memang merasa sangat sakit. Lanc yang mendengar gumaman Naya yang begitu sangat jelas di telinganya langsung menoleh dan membulatkan matanya karena Naya menganggap miliknya sebuah keris menyakitkan, padahal semalam Lanc mendengar sangat jelas kalau Naya kenikmatan, bukan kesakitan seperti yang ia katakan sekarang. Karena Lanc tidak ingin mendengar celotehan aneh dari Naya, Lanc langsung menggendong tubuh Naya membawanya ke kamar mandi agar membersihkan diri dengan cepat tanpa harus berceloteh yang membuat telinga Lanc terasa sakit. Naya tertawa kegirangan saat tubuhnya digendong oleh Lanc, karena dengan begitu ia tidak perlu bersusah payah untuk melangkahkan kakinya ke kamar mandi, ditambah bagian intinya masih terasa sangat sakit. Naya memutuskan untuk merendamkan tubuhnya agar lebih rileks dan Naya juga merasa semakin nyaman, bahkan rasa sakit di bagian intimnya jauh lebih baik, dan semakin mereda. Jam 07.30 Naya berhasil sampai di kantor, dan ternyata keberuntungan sedang berpihak pada Naya, karena Naya tidak terlambat untuk interview, terlebih pertemuannya diadakan sebelum jam 08.00 pagi, yang artinya Naya benar-benar sangat tidak terlambat, karena keberhasilan atau kelulusan interview akan ditentukan oleh pemilik perusahaan langsung, hingga interview yang biasanya dilangsungkan pada jam 07.30, kini jam 07.30 lewat masih belum dilaksanakan, karena sang pemilik perusahaan juga belum tiba. "Nay, katanya CEO nya itu galak. Serem. Dan kejam. Ini yakin kita bakal diterima? Kalau ketendang gimana?" tanya salah satu teman Naya yang kebetulan mereka cukup dekat. "Yakinlah diterima. Gue yakin diterima kok, kalau gak diterima ya udah, terima nasib." Naya menanggapi pertanyaan temannya dengan begitu santai, dan tidak terlihat kalau ia akan ditendang dari perusahaan seperti yang dikatakan oleh temannya. "Ya ampun, Nay, Nay. Santai amat Lo." Ujar Mela, teman Naya yang maunya selalu dekat dengan Naya sejak mereka duduk di bangku SMA, hingga perkuliahan, bahkan sampai urusan kerjaan, Mela tidak ingin jauh dari Naya. "Yah, musti gimana. Adu nasib aja. Hahaha." Kata Naya yang masih bersikap santai. Saat Naya dan Mela sedang sibuk bercanda, tiba-tiba seorang supervisor atau pengawas datang memberi peringatan pada Naya dan Mela, agar mereka tidak berisik, dan bersiap menyambut atau memberi penghormatan pada CEO yang sebentar lagi akan datang. Dengan cepat kedua wanita muda dan sama-sama cantik itu langsung mengunci mulutnya, agar tidak kena semprot atasannya. Tidak lama setelah Naya dan Mela mendapat instruksi dari atasannya agar bersiap memberi penghormatan pada CEO, beberapa mobil mewah berdatangan, bersamaan dengan mobil CEO dengan lambang payung sayap di kap mobilnya, dengan huruf L, yang melambangkan kalau pemilik atau lambang itu memiliki artian, kekuatan dan keanggunan. Semua yang ada di perusahaan itu langsung berjejer rapi untuk menyambut dan memberi penghormatan pada CEO mereka, dan ini pertama kalinya mereka berjumpa langsung dengan pemilik perusahan. Semua para pengawal langsung berjejer rapi, dan ada yang membantu untuk membukakan pintu mobil sang tuan. Seorang pria dengan pakaian formalnya, turun dari mobil dan terlihat begitu sangat gagah, bahkan ketampanannya berhasil membuat semua para karyawan wanita tidak bisa mengedipkan matanya karena sangat terpesona. Disaat semua mata para wanita menatap sang CEO dengan tatapan penuh memuja, berbeda halnya dengan Naya yang menatap sang CEO dengan tatapan yang sulit diartikan. Apakah Naya terpesona juga dengan pesona sang CEO, atau Naya masih belum selesai dengan keterkejutannya, reaksi Naya masih belum bisa dijelaskan, karena sampai sang CEO melewatinya, Naya masih belum sadar, dan bahkan saat temannya yang tak lain Mela menyikut lengannya, Naya juga masih belum sadar. Sebagian dari karyawan wanita di perusahaan itu mulai saling berbisik, dan ada juga yang mulai melangkah untuk pergi ke ruangan mereka masing-masing, dan ada juga yang masih sibuk mengomentari ketampanan sang CEO, hanya Naya yang masih belum bisa dijelaskan ekspresinya. "Nay, Lo kalau mau mati ya mati aja, tapi jangan mati berdiri!" teriak Mela karena Mela berulang kali menyadarkan Naya, tapi Naya tetap diam mematung. Naya baru sadar setelah Mela berteriak tepat di telinganya. "Mel, yakin dia CEO kita?" tanya Naya dengan wajah yang terlihat masih syok. "Aku sih gak yakin. Terlalu tampan gak sih. Terlalu jauh gak sih dari yang kita dengar tentang gosip dia yang mengerikan, nyatanya dia bikin semua wanita tertarik, bukan malah takut." Ujar Mela menjawab pertanyaan Naya, yang membuat Naya langsung menoleh padanya. "Bukan itu maksud gue!" kata Naya kesal. "Terus?" ternyata Mela tidak mengerti maksud Naya. "Dia yang salah perusahaan, atau Kita yang salah tempat untuk inter interview?" tanya Naya yang membuat Mela langsung mengetuk kepala Naya, hingga membuat Naya mendengus kesal karena kepalanya diketuk dengan begitu keras. "Kalau kita yang salah interview, itu masih maklum. Lah kalau pemilik perusahaan salah perusahaan, itu yang perlu di cek isi otaknya. Ada-ada aja." Kata Mela kesal. "Tapi mana mungkin dia CEO di perusahaan sebesar ini?" tanya Naya dengan nada lirihnya, membuat Mela yang mendengarnya langsung menatap Naya dengan tatapan penuh selidik. "Kenapa? Kamu kenal sama CEO kita?" tanya Mela dengan penuh selidik, serta raut wajah yang sudah terlihat serius, karena menurut Mela, saat ini waktunya serius, dan ingin mengetahui kebenarannya, apakah Naya benar-benar mengenal CEO mereka, atau Naya hanya salah orang saja. "Dia kan…"
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN