Mengulang yang semalam

1106 Kata
Karena Lanc tidak bisa menahannya, Lanc langsung mengeluarkan jarinya dari V Naya, dan mengarahkan pusaka yang menjadi kebanggaannya pada intim Naya, dan… "Auu!!! Uncle, sakit!!!" teriak Naya yang membuat Lanc langsung menghentikan pergerakannya karena terkejut. "Kamu…" Lanc tidak bisa melanjutkan pertanyaannya, yang jelas, Lanc terkejut saat mendapati kenyataan kalau Naya masih perawan. "Tak apa, Uncle. Aku yang minta. Ini memang yang pertama bagi aku. Lanjutkan. Aku tidak akan menyesalinya. Aku yakin Uncle bisa membuatku puas mendesah meski punya Uncle terlalu besar." Ujar Naya pelan saat mengerti dengan kalimat Lanc, meski Lanc menggantungkan kalimatnya, tapi Naya mengerti. "Yakin? Ini akan sakit. Tapi aku janji, sakitnya tidak akan lama. Aku benar-benar akan memuaskan mu." Janji Lanc yang langsung dijawab berupa lumatan bibir oleh Naya, hingga membuat gairah Lanc kembali membuncah karena mendapat serangan di bibirnya dari Naya. Lanc mulai menggerakkan pinggulnya, namun dengan gerakan pelan, hingga milik Naya bisa menerima sesuatu yang baru bermain di miliknya. Lanc cukup sabar memberi kenyamanan pada Naya, hingga telinga Lanc mendengar Naya mendesah, dan detik itu juga Lanc menambah kecepatan hentakannya, hingga Lanc benar-benar mendengar kalau suara desahan itu memang pertanda kalau Naya sudah bisa menikmati permainannya. Naya baru sadar, kalau ternyata, Lanc begitu sangat perkasa kalau urusan ranjang. Naya percaya kalau semua yang dikatakan orang di luaran sana tidaklah benar. Sebenarnya, bukan Naya tidak percaya, tapi karena Naya memang kecewa pada Niko, Naya pun beralasan ingin membuktikan kalau Lanc benar-benar pria yang perkasa. Padahal, alasan utama ia mendatangi kamar Lanc, itu memang karena rasanya kecewanya pada Niko, bukan sepenuhnya ingin membuktikan omongan orang tentang ketidak keperkasaan Lanc. Tubuh keduanya sudah dibanjiri oleh keringat, karena mereka berdua saling memberi kenikmatan. Lanc sudah seperti Hypersex, atau pria yang memiliki dorongan seksual yang sangat tinggi dan tak terkendalikan, membuat Naya sulit untuk mengimbangi setiap permainan Lanc di ranjang, namun beruntungnya Naya masih bisa menikmatinya. Disaat Naya sedang menikmati permainan Lanc, Lanc mencabut miliknya dari milik Naya, dan langsung membuka laci nakas yang terletak tidak jauh dari ranjangnya, dan mengambil obat, lalu ia memasukkan kedalam mulutnya sendiri, yang ternyata, dari mulut Lanc dipindahkan kedalam mulut Naya dengan cara melumat bibir Naya, dan memasukkan obat itu ke dalam mulut Naya, bahkan Lanc tidak menjauhi mulutnya dari mulut Naya sebelum Naya benar-benar menelan obat tersebut, hingga Naya yang ingin melayangkan kalimat protesnya saat kesenangannya dihentikan, Naya jadi tidak bisa berkomentar karena Lanc sudah membungkam mulutnya. Lanc kembali memasukkan miliknya pada milik Naya setelah Naya berhasil menelan obat yang diberikan Lanc tadi. Lanc kembali memberi kenikmatan dengan memainkan miliknya dalam milik Naya, hingga Lanc kembali mendengar suara merdu Naya yang mendesah karena kenikmatan. "Ahhh, Uncle. Tekan lebih dalam. Itu sangat nikmat." Desah Naya saat Lanc menelan dan sedikit menggoyang-goyangkan pinggulnya, serta tangan Lanc juga memberi kenikmatan berupa pijatan lembut di gunung kembar Naya, hingga Naya benar-benar dibuat gila. Naya juga menggoyangkan pinggulnya, hingga Lanc juga benar-benar kenikmatan, dan merasa V Naya menjepit miliknya yang memang Lanc aku sangat besar. "Enak?" tanya Lanc dengan bodohnya "Emmh, ahhhh, Ahhh. Iya, Uncle, ehhh-ahhhh, enak." Jawab Naya yang disertai oleh desahan, membuat Lanc semakin kuat menggempur tubuh Naya. "Uncle. Pi-pis, ahhh…" Naya seraya tidak mampu untuk mengeluarkan kata-katanya, hingga setiap kata yang keluar dari mulutnya berupa suara desahan. "Bersama, Sayang." Pinta Lanc seraya mempercepat hentakannya, dan… "Akhhh!!!" keduanya mengerang panjang saat mereka sama-sama mencapai puncak kenikmatannya secara bersamaan. Tubuh Lanc ambruk di samping Naya, sedangkan Naya masih terus berusaha mengatur nafasnya yang ngos-ngosan seperti habis lari maraton. Tanpa mereka sadari, mereka langsung ketiduran setelah mereka menghabiskan malam panas bersama. Entah seperti apa reaksi Naya di keesokan harinya setelah ia sadar dengan apa yang terjadi di antara dirinya dengan Uncle dari mantan suaminya. Yah, Naya yang begitu sangat kecewa pada Niko, karena Niko menceraikan dirinya tepat di malam pernikahannya, membuat Naya tidak bisa berpikir panjang dan malah mengakhirinya dengan menjadi teman hangat ranjang Uncle dari mantan suaminya. Dan entah kenapa jadi Lanc yang menjadi pilihan Naya untuk dijadikan sebagai pelampiasan kekecewaannya, semua masih menjadi misteri. Malam panas yang seharusnya terjadi di kamar pengantin Naya dengan Niko, tapi malah menjadi malam panas di kamar Lanc dengan Naya. Masalah apa yang terjadi diantara Naya dan Niko, Lanc masih belum mengetahuinya. Yang jelas, Lanc begitu sangat kenikmatan saat ia bisa menikmati tubuh seorang wanita yang masih perawan, meski Lanc sadar pemilik tubuh perawan itu adalah wanita yang harus ia lindungi karena keponakannya, meski hanya sebatas istri dari keponakannya, tapi Lanc seharusnya melindunginya seperti keponakannya sendiri, bukan malah dinikmati. Tapi karena keponakannya itu sendiri yang meresahkan, hingga membuat Lanc tidak bisa mengendalikan dirinya, dan berakhir mengangkat Naya, bahkan dengan rakusnya menyantap Naya, hingga Lanc melupakan siapa Naya bagi dirinya. Jam 06.00 pagi, Lanc masih merengkuh tubuh mungil Naya, bahkan Naya terlihat nyaman dalam pelukan Lanc, hingga ia tidak sadar kalau hari sudah terlihat sangat terang. Mereka saling mencari kenyamanan dalam tidur mereka, hingga tidak hanya salah satunya saja yang tidak sadar kalau hari sudah siang, tapi keduanya sama-sama tidak sadar, dan mungkin tidak akan bangun karena kenikmatan kalau bukan salah satu ponsel dari mereka yang berdering, hingga mereka pun terpaksa bangun, meski Meraka masih nyaman dengan tidur mereka. Ternyata suara ponsel itu berasal dari ponsel Naya. Naya mengerjapkan matanya saat mendengar suara ponselnya. Naya langsung memegang kepalanya yang sedikit terasa pusing, bahkan tidak hanya kepalanya yang sakit, tapi seluruh tubuhnya seperti tertimpa batu besar. Remuk semua rasanya. Naya langsung menjauhkan tubuhnya dari Lanc saat ia sadar kalau mereka tidur berpelukan. "Uncle ngapain disini?". tanya Naya dengan nada berteriak, serta ekspresi yang terlihat begitu sangat terkejut, membuat Lanc terpaksa bangun saat mendengar suara yang membuat telinganya berdengung karena suara Naya yang terlalu keras. "Ini kamarku. Yang pantas bertanya itu aku." Kata Lanc dengan nada dinginnya dan merubah posisinya jadi setengah duduk seraya memandang punggung polos Naya. "Apa yang Uncle lakukan semalam!" kata Naya seraya menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Ingin nangis, tapi percuma, ingin protes, tapi sama siapa selain sama Lanc sendiri. "Kamu yang mau." Kata Lanc datar, yang membuat Naya langsung melepaskan tangannya dari wajahnya, dan menatap Lanc dengan tatapan horornya, namun tidak terlihat horor dimata Lanc. "Uncle kan bisa menolaknya. Semalam aku sedang rapuh aja." Kata Naya dengan nada suara yang sepertinya tidak bisa pelan. "Nay, aku pria normal. Dapat keberuntungan seperti kamu mana bisa nolak!" ujar Lanc yang membuat kedua bola mata Naya langsung membola sempurna karena mendengar ucapan Lanc tadi. Naya langsung mengambil bantal dan bersiap untuk melemparnya ke Lanc, tapi dengan cepat Lanc menahan tangan Naya, lalu mendorong tubuh Naya kembali ke ranjang, hingga Naya terlentang di ranjang dengan posisi Lanc berada di atas tubuh polos Naya. "Akan kucoba untuk reka ulang mengenai kejadian kita semalam." Ujar Lanc yang langsung melumat bibir Naya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN