Akhirnya mereka tiba di sebuah café tepat di sebelah pabrik laundry di mana Mama Lita bekerja. Tampak Sabine, Mama Lita, Olive dan Silvi duduk berempat di salah satu sudut café. Tidak seperti sebelumnya ketika bertemu Sabine, Mama Lita seperti dilanda kebingungan. Kini justru kehangatan yang terlihat jelas dari raut wajah serta bahasa tubuhnya. “Maafkan Mama, Sabine,” ucap Lita dengan perasaan penuh sesal. Dipeluknya Sabine, diciumnya seluruh wajah Sabine bertubi-tubi, diusap-usapnya kepala anaknya, dikecup-kecupnya ubun-ubun Sabine. Silvi dan Olive tak kuasa menahan tangis melihat pemandangan yang ada di hadapan mereka. Mereka mengingat-ingat masa-masa dulu. Begitu mereka tidak menyukai kehadiran Sabine. Sabine yang kerap mereka usir ketika memasuki kamar mereka. Sabine yang mereka

