Pagi-pagi aku sudah berdiri di depan rumah Redha, tepatnya di pagarnya. Nggak berani masuk. Pengennya masuk, tetapi aku takut dibunuh Dani, adiknya Redha. Redha pasti sudah cerita soal kami putus dan aku bakal malu banget kalau ketahuan labil dengan datang ke rumahnya pagi-pagi buat ngajak Redha pacaran lagi padahal baru sehari putus. Sebenarnya nggak masalah ketemu Dani. Palingan dia cuma matahin dua-tiga tulang rusukku doang. Doang? Ih serem. Makin dibayangin makin serem aja. Aku menghela napas panjang, mendadak jadi sesak napas. Semoga aku nggak ketemu Dani. "Mie rebonding! Ngapain di sini?" Aku menoleh, menatap Dani yang berdiri menatapku heran. Apes. "Hm, anu, itu," Aku garuk-garuk kepala, bingung. Tangan dan kakiku rasanya udah gemetar karena seorang Dani. Pengecut amat ini

