bc

Belenggu Cinta Suami Arogan

book_age18+
403
IKUTI
5.8K
BACA
second chance
drama
sweet
kicking
bold
office/work place
assistant
like
intro-logo
Uraian

"Jangan berani tersenyum pada pria manapun, Aluna. Atau aku akan menghancurkan hidup pria itu!"

Dion meradang saat dia melihat Aluna sering tersenyum setelah lepas dari dirinya. Wanita itu bahkan terlihat baik-baik saja, bahkan dekat dengan seorang pria.

Aluna tidak menyangka kalau dia melamar di perusahaan yang dipimpin mantan suaminya. Sekian lama berpisah, Aluna menjadi semakin frustasi saat Dion menunjukkan sikap posesif pada dirinya.

Tapi ternyata saat berpisah, mereka membawa rahasia masing-masing yang akan semakin mempersulit hidup mereka.

Kira-kira rahasia apa itu?Akankah Aluna bisa benar-benar lepas dari Dion?

chap-preview
Pratinjau gratis
Bab 1. Tragedi Tak Terduga
“Hentikan, Dion! Dion!” Luna berteriak dalam keheningan malam di dalam kamarnya. Entah setan apa yang sedang merasuki suaminya malam ini, sampai pria yang sudah bersamanya selama satu tahun ini, tiba-tiba mendorongnya ke atas ranjang. Suami? Suami tapi tidak pernah berinteraksi dengan baik, bahkan mereka pisah kamar sejak awal pernikahan. Bahkan mungkin mereka tidak sadar kalau mereka adalah pasangan. Aroma alkohol menyeruak dari napas Dion. Sangat menusuk hidung dan sangat menyengat. Sudah bisa dipastikan kalau Dion sedang mabuk berat. “Dion! Sadar, b******k! Dion!” teriak Luna sambil berusaha melepaskan dirinya dari kungkungan Dion yang sedang menggila di atas tubuhnya. Luna yang baru saja bangun tidur, tadinya akan mengambil air minum di lantai bawah, tiba-tiba didorong masuk oleh Dion. Pria itu langsung menciuminya dengan sangat brutal dan membanting tubuhnya di atas ranjang. Pakaian Luna sudah mulai sobek di sana sini. Dion, pria yang badannya jauh lebih besar dari Luna itu telah sangat menguasainya. Luna menangis saat Dion berhasil melesakkan aset berharga miliknya dan merusak milik Luna. Pria itu pun segera menjatuhkan diri di samping Luna dan tertidur. Tapi pantaskah Luna menangis saat Dion melakukan ini kepadanya? Dion adalah suaminya. Suami yang sah, meski mereka melakukan kontrak pernikahan sebelum mereka menikah. *** Sinar matahari pagi jatuh tepat di mata Dion yang masih terlelap. Meski matanya tertutup rapat, tapi tetap saja, cahaya itu sangat mengganggunya. “Tutup gordennya!” ucap Dion dengan nada memerintah. Tapi tidak ada satu orang pun yang bergerak, karena dia berada di kamar itu sendirian. Akhirnya, mau tidak mau, Dion mulai membuka matanya secara perlahan. “b******k! Siapa yang berani buka gorden kamarku!” umpat Dion sambil menyipitkan matanya yang terkena sinar matahari. Dion mengucek matanya lalu menyugar rambutnya kasar. Dia mengubah posisi tidurnya membelakangi jendela dan memeluk guling, berharap akan tidur lagi. Ada aroma lain yang mengusik indra penciuman Dion. Perlahan dia membuka matanya, mencoba mencari tahu apa yang salah dengan hidungnya. “Hijau. Hah?! Sejak kapan sepreiku hijau?” ucap Dion saat dia melihat warna sarung guling yang sedang dia peluk. Menyadari ada yang aneh dan ini salah, Dion segera berbalik dengan mata yang terbuka lebar dan kesadaran penuh. Mata Dion menyapu seluruh ruangan yang dipastikan penuh warna cerah dan jelas itu bukan miliknya. “Kenapa aku di sini?!” ucap Dion kaget dan langsung terduduk. “Eh!” Dion yang melihat kakinya tanpa pelindung, langsung melihat keadaan di bawah selimut. “b******k! Ada apa ini. Kenapa aku gak pake celana!” Dion terdiam sesaat. “Luna. Di mana dia!” Dion segera mengambil celananya yang berserakan seperti sampah di lantai. Dengan sangat buru-buru, Dion keluar dari kamar Luna sambil mengunci celananya agar tidak melorot. Dion membuka kamarnya yang berada tepat di depan kamar Luna. Sepi, tidak ada siapa-siapa. Bahkan sepertinya tidak ada orang yang memakai kamar itu semalam. Dion segera turun ke lantai bawah. Dia berharap akan segera menemukan Luna dan meminta keterangan dari wanita itu. “Mas Dion udah bangun. Mai sa–“ “Luna mana?” tanya Dion memotong ucapan pelayannya. “Mbak Luna barusan aja ke kampus.” “Kampus?” Dion melirik ke arah jam yang ada di tengah ruangan. “Siapkan air mandi. Saya mau ke kampus juga,” perintah Dion pada pelayan di rumahnya. Dion segera pergi ke dapur. Dia mengambil gelas dan mengisinya dengan air dingin. Dion menenggak habis air itu sambil duduk di kursi makan. Dia menatap tajam ke arah depan, jauh dan jauh sekali seolah sedang sosok Luna. “Apa yang terjadi semalam? Luna harus jelaskan semuanya. Awas aja kalo dia boong!” gumam Dion sambil mencengkeram gelas di tangannya itu erat-erat. Dion meninggalkan ruang makan dan segera naik ke kamarnya di lantai dua. Dia melihat pelayan rumahnya itu melihat aneh ke arah ranjang, yang masih sangat rapi, sampai tidak ada yang bisa dia rapikan. “Keluar. Saya mau mandi!” perintah Dion. Pelayan itu menoleh ke Dion. “Baik, Mas. Mau dibuatkan sarapan apa, Mas?” “Buatkan minuman hangat sama sup hangat. Kepala saya agak pusing,” pinta Dion. “Baik, Mas. Kalo gitu saya permisi dulu.” Pelayan itu pun meninggalkan Dion sendirian di kamarnya. Dia segera ke dapur, untuk membuatkan sarapan pagi untuk Dion. Dion yang sudah sangat penasaran dengan kejadian tadi malam pun segera mandi agar dia bisa tiba di kampus lebih cepat. Dia semakin kesal, karena Luna pergi meninggalkannya begitu saja di dalam kamar wanita itu tanpa celana. Setelah sarapan seadanya, Dion segera memacu mobilnya menuju ke kampus. Kebetulan sebentar lagi dia juga ada jadwal kuliah. Luna baru saja selesai mengikuti kuliah. Dia berjalan keluar kelas bersama dengan temannya. “Lun, kamu kenapa? Kok jalan kamu begitu?” tanya Rania yang melihat Luna berjalan sedikit berbeda hari ini. “Abis jatuh aku,” bohong Luna. “Hah, jatuh? Jatuh di mana?” “Di rumah. Kepeleset.” “Kepeleset? Kok bisa? Emang lantai rumah kamu licin?” “Enggak. Tapi semalam aku kesandung kaki aku sendiri pas jalan sambil baca buku. Eh, malah kepeleset dan jatuh. Masih sakit ini.” Luna memegang bokongnya dengan satu tangan. Padahal bukan di situ yang dia rasakan sakit. “Kebiasaan kamu ini. Makanya, kalo jalan tuh matanya jangan sambil baca. Kalo jatuh kan jadi sakit. Ke kantin yuk.” “Ayo.” Baru saja Luna dan Rania hendak melangkah ke kantin, ponsel Luna berbunyi. Dia mengambil ponselnya dan melihat ada nama Dion di sana. Luna menerima telepon itu dengan sedikit malas, karena dia tahu pasti alasan Dion menghubunginya. “Ran, kamu duluan gih ke kantinnya. Aku mau ke ruang jurusan dulu,” ucap Luna. “Dipanggil Pak Jimmy lagi?” “Ho oh. Duluan ya.” Luna langsung pergi meninggalkan Rania untuk menemui Dion. Dion menyuruh Luna menemuinya di area parkir. Dion tidak mungkin menemui Luna terang-terangan di kampus, karena pernikahan mereka memang di sembunyikan. Perjodohan orang tua menjadi dasar pernikahan mereka berdua. Mendapat tekanan dari kedua keluarga, akhirnya mereka menyetujui pernikahan dengan syarat, kalau dalam satu tahun Luna tidak hamil, maka mereka akan bercerai. Bagaimana bisa hamil, kalau mereka selalu tidur terpisah dan memiliki kehidupan sendiri-sendiri, meski tinggal dalam satu rumah. “Apa yang terjadi semalam? Kenapa aku ada di kamar kamu? Kenapa aku–“ Dion menjeda kalimatnya sebentar. “Kenapa? Kenapa aku tidur di kamar kamu?” Dion memberondong Luna dengan banyak pertanyaan saat wanita itu baru duduk di jok mobil Dion. “Menurutmu? Apa yang terjadi emangnya?” tanya Luna balik. “Luna! Aku gak mau main-main! Apa yang terjadi semalam?!” tegas Dion ingin segera mendapat jawaban. Luna mengangkat pandangannya sejenak untuk melihat Dion. Wajah pria itu semakin menyebalkan dan membuat matanya sakit tiap kali melihat wajah dingin itu. Luna kembali melihat ke arah depan. “Kamu ngerebut kamar aku,” ucap Luna berusaha menghilangkan bayangan kejadian semalam. “Cerita yang jelas! Kenapa aku tidur di kamar kamu?!” bentak Dion makin kesal. Luna menoleh ke arah Dion. “Kamu pulang mabuk. Dan gak tau kenapa, kamu tiba-tiba main masuk aja ke kamarku!” Luna balas membentak Dion. “Trus apa yang terjadi?” “Mana aku tau.” “Maksud kamu ap–“ “Apa kamu berharap kita semalam tidur bareng, gitu? Cih! Gak sudi!” Luna memotong ucapan Dion sambil menatap tajam wajah pria itu. Dion menyipitkan matanya. “Trus kamu tidur di mana?” Luna kembali melemparkan pandangannya ke depan. “Ruang belajar. Gara-gara kamu, aku jadi gak bisa tidur nyenyak.” Dion melihat ke arah Luna. Dia ingin melihat ekspresi wanita itu. Tentu saja dia tidak ingin dibohongi yang mungkin saja akan menjadi jebakan untuk dia dikemudian hari. “Kamu yakin gak terjadi apa-apa?” tanya Dion lagi untuk lebih memastikan. Lagi-lagi Luna menoleh ke Dion. “Emang kamu berharap terjadi apa semalam?” “Gak, lupain aja. Oh ya, gimana ama berkasnya? Udah kamu–“ “Udah aku taruh di ruang belajar. Urus secepatnya. Capek tiap hari ngeliat orang cemberut aja kerjaannya. Kalah orang stroke!” Luna segera keluar dari mobil Dion. “Heh! Jangan kurang ajar kamu ya!” umpat Dion dari dalam mobil. Luna berdiri sejenak di samping mobil Dion sambil memakai lagi ranselnya. “Kalo sampe aku hamil, aku gak akan segan-segan bakalan hancurin hidup kamu, Dion!” geram Luna dengan suara pelan.

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

Sentuhan Semalam Sang Mafia

read
167.2K
bc

B̶u̶k̶a̶n̶ Pacar Pura-Pura

read
151.8K
bc

Tentang Cinta Kita

read
212.1K
bc

Papa, Tolong Bawa Mama Pulang ke Rumah!

read
4.2K
bc

My husband (Ex) bad boy (BAHASA INDONESIA)

read
292.2K
bc

Ketika Istriku Berubah Dingin

read
3.3K
bc

TERNODA

read
192.5K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook