Regan membuka mata lebar-lebar. Keringat tampak menetes dari pelipis. Apa ia salah lihat? Atau, sedang bermimpi? “Ada apa? Kemari lah, temani aku tidur di sini,” ucap Mara seraya kembali menepuk bantal di sebelah bantalnya. Ia merebahkan kepala pada bantalnya dan menatap Regan dengan sorot matanya yang meneduhkan. Regan menelan ludah, tubuhnya terasa meremang terlebih saat Mara membelai pahanya ke atas mengikuti lekuk tubuhnya. Regan berusaha mengumpulkan kesadaran, menyadarkan pada diri sendiri bahwa ini pasti halusinasi. Namun, entah kenapa tubuhnya seolah bergerak sendiri. Kakinya menuntunnya berjalan menghampiri Mara yang kini berbaring tengkurap dengan kedua kaki terangkat dan mengayun. Posisi Mara seakan sengaja untuk menggodanya. Regan semakin menelan ludah saat dirinya hamp