Regan menatap Mara dengan kernyitan di dahi. Melihat itu, Mara membalasnya dengan tatapan sinis. “Jangan berpikir yang tidak-tidak. Kau bilang ingin tidur, kan?” ucap Mara. Regan mendengus. Ia memang ingin istirahat tapi, terasa aneh jika ia istirahat di kamar Mara. “Kalau tidak mau, di kamar orang tuaku saja. Kalau tidak mau, di depan tv tapi cuma beralas karpet,” ucap Mara kembali. Ia kemudian melenggang pergi meninggalkan Regan. Ia baru sadar seperti terlalu perhatian dan memilih kabur agar Regan tak berpikir macam-macam. “Ish, apa yang kau katakan?” Mara menyentil mulutnya sendiri setelah masuk ke dalam rumah merasa menyesal sudah menawari Regan kamarnya. Sementara itu Regan masih diam duduk di kursinya. Lebih tak mungkin ia istirahat di kamar orang tua Mara. Dan di lantai? Ia