Silviana hanya bisa menangis saat dokter mengabarkan jika bayinya tidak bisa diselamatkan. Seburuk-buruknya seorang ibu ialah dirinya yang tak bisa menjaga bayinya dengan baik. Stres selama kehamilan dan berbagai faktor lainnya yang membuat bayi merahnya mengembuskan napas terakhir sesaat setelah dilahirkan. Silviana menyadari ialah yang telah membunuh anaknya sendiri. Dan saat ini, di ruangan bercat putih tulang beraroma antiseptik, Silviana hanya bisa merenungi takdir hidupnya. Sudahlah hidup sebatang kara, hamil diluar nikah, menikah dengan orang yang tak mencintainya. Dan kini, ia harus menerima kenyataan jika ada andil dirinya atas kematian sang jabang bayi. “Ibu, nanti pelan-pelan sambil belajar miring ya,” perintah seorang perawat yang baru saja mengganti sprei di ranjangnya. Silvi