"Maaf ... sebelumnya." Pelan, Alisya ragu mengucapkan. Namun, dia bahkan sudah seniat ini mendatangi Mars yang ternyata ada di dapur. Konon sedang ambil es batu untuk kompres sudut bibir Bumi. Apakah sampai membengkak? Itu betarti Angkasa menonjoknya betul-betul menggunakan emosi. Dan kini ... Alisya tuturkan, "Mars, kalau boleh tau, tempat Aca biasa main basket itu di mana, ya? Atau tempat yang biasa Aca--" "Tunggu di sini," pangkas Mars, begitu saja. "Gue anter." Sambil melenggang setelahnya, meninggalkan Alisya yang berdiri di ambang dapur. Oh, baiklah. "Makasih ...." Entah Mars mendengarnya atau tidak. Namun, bukankah ini sebuah kemajuan? Mars mau membantunya, dan entah kenapa itu sukses membuat mata Alisya berkaca. Sedih. Senang. Haru. Campur jadi satu. Sesimpel itu. Dia su