Kinanti melirik sengit pada sosok Arveno yang duduk dengan santai di sampingnya. Menyetir dengan fokus seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Ekspresi wajah wanita itu cemberut apalagi saat mengingat ketika ia keluar dari kamar Arveno dan ketahuan oleh adik sepupunya. Lita memang tidak mengatakan apa-apa padanya. Namun, hanya dengan melihat senyum Lita, membuat wanita itu merasa tidak nyaman. Senyum yang mengandung arti dan godaan, memberikan keinginan terbesar dalam hati Kinanti untuk menimpuk wajah datar Arveno dengan sepatu hak tinggi yang dikenakannya. Wanita itu tahu jika Arveno tidak punya otak dan tidak punya malu. Namun, tidak menyangka akan setidakmalu ini. "Jangan cemberut begitu. Ini masih pagi." "Siapa yang buat saya seperti ini?" Wanita itu melirik sengit tunangannya itu.

